KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan sejarah baru dengan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH). Pada penutupan perdagangan Rabu (26/11/2025), IHSG berhasil menguat signifikan sebesar 0,94%, bertengger di level 8.602,13. Pencapaian ini tidak hanya menjadi rekor penutupan tertinggi, tetapi juga menandai level intraday tertinggi yang pernah diraih.
Penguatan impresif IHSG ini sekaligus memvalidasi proyeksi teknikal dari Kiwoom Research. Sejak jauh hari, Kiwoom Research telah menargetkan IHSG untuk menembus area 8.600, mengacu pada formasi pola bullish reversal “Cup and Handle” yang terbentuk.
Liza Camelia Suryanata, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa capaian rekor ini membuka peluang yang lebih lebar bagi IHSG untuk melanjutkan pergerakannya menuju level psikologis krusial 9.000 menjelang akhir tahun.
“IHSG telah berhasil mencapai target bullish kami di kisaran 8.600-an,” tutur Liza. Menanggapi pertanyaan seputar kemungkinan tercapainya prediksi Purbaya terkait IHSG di level 9.000, ia menambahkan, “Peluangnya tetap terbuka lebar, terutama jika momentum positif dari pasar global terus memberikan dukungan.”
IHSG Turun 0,52% ke 8.557 di Sesi I Kamis (27/11): BUMI, BMRI, DSSA Jadi Top Losers
Liza menjelaskan, salah satu faktor pendorong utama di balik penguatan IHSG adalah reli yang terjadi di pasar global menjelang libur Thanksgiving.
Pasar saham Amerika Serikat menunjukkan penguatan yang solid. Indeks-indeks utama seperti S&P 500, Dow Jones, dan Nasdaq tercatat naik sekitar 0,7% hingga 0,8% pada perdagangan Rabu (16/11/2025). Kenaikan ini dipicu oleh data pelemahan penjualan ritel dan penurunan kepercayaan konsumen, yang secara signifikan meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan bank sentral AS tanggal 9-10 Desember mendatang.
“Optimisme terhadap pemangkasan suku bunga The Fed masih menjadi bahan bakar utama yang menggerakkan pasar. Probabilitas untuk terjadinya rate cut tersebut bahkan telah melonjak hingga di atas 80%,” papar Liza.
Lebih lanjut, Liza menyoroti beberapa faktor lain yang turut memperkuat reli pasar saham, antara lain aliran dana asing yang masuk, stabilitas nilai tukar rupiah, sentimen positif dari rebalancing MSCI, serta stimulus belanja pemerintah di tingkat global. Kombinasi beragam sentimen positif ini memastikan tren penguatan IHSG tetap berada pada jalur bullish, asalkan para investor mampu menjaga disiplin dalam menerapkan strategi perdagangan mereka.
“Kami terus menyarankan investor untuk menerapkan trailing stop dan membiarkan keuntungan berjalan,” ujar Liza. Ia menekankan bahwa momentum bullish akan tetap valid selama IHSG tidak menembus level support Moving Average 10 (MA10).
Meskipun demikian, Liza juga memberikan peringatan. Ia mencermati adanya indikasi negative divergence pada indikator RSI, yang membuka potensi terjadinya koreksi atau pullback dalam jangka pendek setelah IHSG mencapai target teknikalnya.
“Potensi koreksi sehat memang ada, menyusul kenaikan yang begitu cepat. Namun, selama level support krusial di 8.500, 8.450, dan 8.380 mampu bertahan, tren penguatan IHSG masih dapat dikatakan aman,” jelasnya. Untuk level resistance selanjutnya, ia menyebutkan angka 8.610 dan level psikologis 9.000.
Gozco Tambah Kepemilikan, Saham Bank Neo Commerce Melonjak
Penguatan IHSG belakangan ini juga ditopang oleh kinerja solid dari sejumlah sektor, terutama energi, keuangan, dan barang baku, yang masing-masing berhasil menguat signifikan sebesar 2,34%, 1,95%, dan 1,67%. Sementara itu, di sisi aliran dana asing, tercatat adanya aksi jual bersih sekitar Rp 550,44 miliar, khususnya pada saham-saham seperti BBRI, BBCA, dan SMGR.
Kendati demikian, dana dari penjualan tersebut terpantau beralih masuk ke saham RAJA, TLKM, dan BMRI, yang pada akhirnya turut memberikan dukungan signifikan bagi penguatan indeks.
Untuk mendorong IHSG mencapai level 9.000, Liza menilai pentingnya kontribusi yang tetap solid dari beberapa sektor kunci, khususnya energi, keuangan, dan emiten-emiten besar konglomerasi yang selama ini memang menjadi motor penggerak indeks. “Agar prediksi IHSG 9.000 dapat tercapai, kita memerlukan kombinasi momentum global yang kondusif, aliran dana asing yang berkelanjutan, serta rotasi sektor yang terus berjalan dengan baik,” pungkas Liza.
Di tengah euforia reli indeks ini, Liza merekomendasikan sejumlah saham yang dinilai memiliki prospek menarik. Beberapa pilihan utamanya meliputi ASII, ASRI, MYOR, dan PNLF. “We recommend to use the bullish momentum to maximize your profits,” tegasnya, mengajak investor untuk memanfaatkan peluang ini.
RAJA Chart by TradingView
Dengan adanya berbagai dukungan dari sentimen global dan domestik, Liza berpandangan bahwa skenario IHSG untuk menyentuh level 9.000 pada akhir tahun bukanlah suatu hal yang mustahil. Namun demikian, pasar saham tetap perlu mewaspadai potensi volatilitas yang kerap terjadi menjelang akhir tahun, khususnya risiko koreksi di pasar global dan dinamika kebijakan dari bank sentral.
“Momentum positif memang memiliki potensi untuk berlanjut, namun hal tersebut tidak lantas menghilangkan risiko koreksi yang mungkin terjadi setelah reli kuat yang telah berlangsung sepanjang tahun ini,” tutupnya.




