Ekspansi hilir jadi harapan baru MBMA, simak rekomendasi saham

Hikma Lia

BANYU POS – JAKARTA. Kinerja keuangan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) masih menghadapi tantangan hingga kuartal III-2025. Meskipun demikian, prospek jangka panjang MBMA tetap cerah, didorong oleh percepatan ekspansi hilirisasi, khususnya melalui proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) dan Acid Iron Metal (AIM) yang menunjukkan kemajuan signifikan.

Sponsored

Dari sisi finansial, MBMA mencatatkan penurunan performa. Pendapatan yang belum diaudit tercatat sebesar US$ 935 juta selama sembilan bulan pertama tahun 2025, angka ini merosot 32% secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kontribusi negatif dari segmen Nickel Pig Iron (NPI) sebesar US$ 102,3 juta dan High-Grade Nickel Matte (HGNM) sebesar US$ 418,8 juta. Namun, sebagian kemerosotan ini berhasil dikompensasi oleh peningkatan pendapatan dari penjualan limonit dan segmen lainnya yang naik US$ 76,3 juta.

Menanggapi kondisi ini, Senior Investment Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, berpendapat bahwa kinerja MBMA masih tergolong underwhelming, baik dari sisi pendapatan (top line) maupun laba bersih (bottom line). Oleh karena itu, kinerja keuangan menjadi pekerjaan rumah (PR) penting yang perlu dicermati ke depannya. Kendati demikian, Nafan melihat ekspansi hilirisasi MBMA terus melaju, dengan proyek HPAL dan AIM menunjukkan perkembangan pesat, yang berpotensi menjadi katalis positif dalam jangka panjang.

“Proyek HPAL memiliki tujuan utama mewujudkan hilirisasi nikel, apalagi proyek tahap satu ditargetkan untuk mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2026. Ini diharapkan bisa menjadi katalis jangka panjang yang kuat, mengingat fundamental perusahaan masih menunjukkan tantangan,” terang Nafan kepada Kontan, Senin (8/12/2025).

Sponsored

MBMA secara strategis terus memperkuat strategi pertumbuhan terintegrasinya melalui pengembangan proyek HPAL dan AIM. Langkah ini secara progresif menempatkan MBMA sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global untuk bahan baku baterai. Proyek HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) diketahui telah mencapai 54% progres pembangunan pabrik dan 29% untuk fasilitas Feed Preparation Plant (FPP), dengan target commissioning tahap pertama pada pertengahan 2026. Sementara itu, di fasilitas AIM yang dikelola PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), produksi asam sulfat perseroan tetap stabil di level 251.715 ton. Selain itu, pabrik klorida dan katoda tembaga di fasilitas ini juga telah memasuki tahap commissioning, dengan produksi awal pelat tembaga katoda yang memenuhi standar London Metal Exchange (LME).

Sebagai langkah strategis lainnya, MBMA juga telah meneken perjanjian penjualan nickel matte, yang menjadi dasar kelanjutan produksi High-Grade Nickel Matte (HGNM) pada kuartal IV/2025.

Tim Riset Ina Sekuritas Indonesia juga menambahkan bahwa MBMA kini memasuki fase pertumbuhan krusial, yang didorong oleh ekspansi hilirisasi di segmen penambangan, pemurnian, dan pemrosesan nikel. Menurut mereka, sepanjang tahun ini, pemulihan operasional akan ditopang oleh peningkatan efisiensi, pengendalian biaya yang ketat, serta peningkatan kapasitas fasilitas utama. “Kinerja yang lebih kuat dari HGNM dan NPI, disertai ekspansi AIM dan HPAL, akan menjadi landasan utama untuk perbaikan profitabilitas perusahaan,” ujar Tim Riset Ina Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (9/10/2025).

Di sisi lain, Analis Ekuitas OCBC Sekuritas, Devi Harjoto, juga menyampaikan bahwa MBMA masih memiliki prospek positif ke depan, didukung oleh beberapa katalis pendukung yang kuat. Devi memproyeksikan produksi NPI akan mencapai sekitar 84.000 ton pada tahun 2026, meningkat dari proyeksi tahun 2025 sebesar 74.800 ton. Kondisi ini didukung oleh pengiriman saprolit yang lebih tinggi, memungkinkan perusahaan untuk menjaga biaya kas NPI di bawah US$ 10.000 per ton. Selain itu, kesepakatan offtake untuk HGNM akan memungkinkan perusahaan mendapatkan payability yang lebih baik. Kesepakatan offtake ini berlaku efektif dari Oktober 2025 hingga Desember 2026. Devi juga memperkirakan produksi HGNM akan mencapai 35.000–40.000 ton pada tahun 2026, atau setara dengan 75%–80% dari total kapasitas produksi.

“Manajemen MBMA juga memperkirakan adanya tambahan arus pendapatan signifikan dari peningkatan output fasilitas AIM, terutama dari pabrik klorida dan asam,” bidik Devi dalam risetnya, Selasa (2/10/2025).

Dengan berbagai katalis positif tersebut, Devi memperkirakan laba bersih MBMA pada tahun 2026 bisa mencapai US$ 101,9 juta, menunjukkan peningkatan substansial 19,1% YoY dari proyeksi laba bersih sepanjang tahun 2025 yang dibidiknya sebesar US$ 21,1 juta. Berdasarkan analisis ini, Devi merekomendasikan kepada para investor untuk beli saham MBMA dengan target harga Rp 750 per saham. Senada, Tim Riset Ina Sekuritas juga memberikan rekomendasi beli MBMA dengan target harga Rp 760 per saham. Sementara itu, Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset Sekuritas, memberikan rekomendasi accumulative buy saham MBMA dengan target harga Rp 760 per saham.

Sponsored

Also Read

Tags