Sejumlah emiten ini terdampak banjir Sumatra, cermati rekomendasi sahamnya

Hikma Lia

BANYU POS – JAKARTA. Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang belum lama ini melanda sejumlah wilayah di Sumatra, meliputi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, telah meninggalkan jejak kerusakan yang mendalam. Dampaknya tidak hanya terbatas pada korban jiwa dan kerugian fisik semata, melainkan juga secara signifikan menghantam roda perekonomian di kawasan vital tersebut.

Sponsored

Kajian mendalam dari Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkap estimasi kerugian total akibat musibah ini mencapai angka fantastis Rp 68,67 triliun. Angka ini merangkum berbagai kerusakan infrastruktur esensial, terganggunya aset-aset produktif, hingga hilangnya potensi pendapatan yang dialami oleh masyarakat dan para pelaku usaha di Sumatra.

Gelombang dampak berantai dari bencana dahsyat ini pun tak terhindarkan turut dirasakan oleh sejumlah emiten besar yang memiliki aset dan operasi strategis di Pulau Sumatra. Perusahaan-perusahaan terkemuka seperti PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) kini menghadapi tekanan serius, mulai dari gangguan operasional sehari-hari hingga potensi lonjakan biaya perbaikan aset yang terdampak.

Dari perspektif makroekonomi, para ekonom memproyeksikan bahwa bencana ini berpotensi mengerem laju pertumbuhan ekonomi pada Kuartal IV-2025. Perkiraan awal menunjukkan penurunan sebesar 0,08% hingga 0,12%. Namun, apabila proses pemulihan berjalan lambat dan tersendat, koreksi terhadap pertumbuhan ekonomi dikhawatirkan dapat melebar hingga 0,6%, memberikan tekanan lebih lanjut pada perekonomian nasional.

Sponsored

Di tingkat korporasi, dampaknya sangat bervariasi dan spesifik. UNTR misalnya, berisiko mengalami perlambatan dalam distribusi alat berat dan terganggunya operasional pertambangan mereka. Sementara itu, ANJT diperkirakan akan mencatat penurunan volume panen yang signifikan akibat rusaknya akses menuju perkebunan. MEDC pun tidak luput dari tantangan, menghadapi hambatan logistik yang serius dan potensi status force majeure di beberapa titik operasinya. Adapun JSMR, dituntut untuk menyiapkan anggaran tambahan yang substansial guna memperbaiki ruas-ruas tol yang terdampak parah oleh banjir.

“Gangguan yang terjadi pada emiten-emiten tersebut pada umumnya bersifat jangka pendek. Namun, tekanan terhadap pendapatan kuartalan dan arus kas tetap perlu dicermati secara seksama, mengingat proses klaim asuransi biasanya memakan waktu yang cukup panjang,” terang Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana, pada Minggu (7/12/2025).

Bagi para investor, Hendra menegaskan pentingnya menyikapi volatilitas pasar yang timbul akibat bencana dengan pendekatan yang rasional. Fundamental perusahaan, menurutnya, tetap menjadi penentu utama apakah dampak yang dialami bersifat sementara atau justru berpotensi memengaruhi kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Emiten dengan proteksi asuransi yang kuat, kondisi arus kas yang sehat, serta diversifikasi usaha yang baik, dinilai memiliki kapasitas untuk pulih lebih cepat. Selain itu, sektor-sektor defensif seperti perbankan, telekomunikasi, dan consumer staples diperkirakan akan terus menjadi pilar penopang stabilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Meskipun demikian, dari sisi rekomendasi investasi, beberapa saham emiten yang terdampak bencana justru masih dianggap menarik. UNTR, misalnya, diproyeksikan berpotensi menguji harga Rp32.000 per saham. MEDC direkomendasikan sebagai speculative buy dengan target harga Rp1.599. ANJT memiliki potensi rebound menuju Rp2.100, sementara JSMR dinilai ideal untuk strategi buy on weakness di area Rp3.380 dengan target Rp4.000.

Hendra juga menyoroti peluang investasi pada emiten-emiten lain yang tidak terdampak langsung oleh bencana ini. Menurut analisisnya, EMTK memiliki prospek yang sangat positif seiring dengan penguatan ekosistem digitalnya. INDY masih menarik untuk kategori speculative buy, WIFI menunjukkan momentum yang kuat, dan SCMA mulai kembali menarik perhatian para investor.

Dengan membaiknya sentimen pasar global dan fundamental pasar domestik yang kokoh, Hendra optimis bahwa gejolak pasar akibat bencana di Sumatra tidak akan menghambat tren bullish IHSG. “Bencana ini bersifat sektoral. Justru volatilitas yang muncul bisa menjadi jendela akumulasi yang strategis bagi investor, menjelang fase bullish berikutnya,” pungkasnya, memberikan pandangan positif terhadap prospek pasar saham ke depan.

Sponsored

Also Read

Tags