Wareng: Faris Julinar jadi kambing hitam polemik kepemilikan saham ganda di Liga Indonesia

Hikma Lia

BANYU POS – Ketua Panser Biru, Wareng Wareng, secara lugas menyuarakan pandangannya terkait polemik kepemilikan saham ganda di dunia sepak bola nasional. Dinamika manajemen klub di Liga Indonesia memang sedang hangat diperbincangkan, terutama sejak Datu Nova mengakuisisi saham mayoritas PSIS Semarang.

Sponsored

Melalui akun Instagram pribadinya, @kepareng_wareng, Wareng menyampaikan opininya dengan gaya yang santai, namun sarat sindiran tajam kepada banyak pihak. Salah satu fokus utamanya adalah nasib mantan CEO Persela Lamongan, Faris Julinar, yang kini menjadi sorotan publik.

Dalam unggahannya, Wareng menegaskan bahwa fenomena kepemilikan saham di lebih dari satu klub bukanlah hal baru dalam ekosistem sepak bola nasional. Praktik semacam ini, menurutnya, sudah lazim terjadi dan sering dianggap wajar oleh sejumlah stakeholder sepak bola di Indonesia.

Kegagalan Timnas U-22 di SEA Games 2025, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Sponsored

Namun, permasalahan mulai muncul ketika isu ini dibawa ke ranah opini publik yang penuh emosi, sering kali berujung pada penyalahan individu semata. “Sudah saya bilangin, satu orang punya saham di dua atau tiga klub di Indonesia itu hal biasa terjadi,” tulis Wareng, menekankan bahwa polemik ini kerap kali terlalu dipersonalisasi.

Lebih lanjut, Wareng menyinggung desakan kuat yang sebelumnya menuntut Faris Julinar untuk mundur dari jabatannya sebagai CEO Persela Lamongan. Desakan ini muncul setelah istrinya, Datu Nova, mengambil alih saham mayoritas PSIS Semarang. Ironisnya, setelah Faris benar-benar meninggalkan posisinya, situasi justru semakin keruh, bahkan merambah hingga ke usaha-usaha milik Faris yang diserang isu boikot.

Persib Bandung Isyaratkan Rotasi saat Hadapi Malut United di Super League

Wareng secara terbuka menyatakan rasa iba terhadap posisi Faris Julinar saat ini, terutama mengingat Faris juga dikenal sebagai suami dari Datu Nova, CEO baru PSIS Semarang. Relasi personal ini secara tidak adil menyeret Faris ke berbagai tudingan, mulai dari isu pemindahan bus tim Persela yang kini digunakan oleh PSIS hingga rumor “Bedol Deso” alias eksodus pemain Laskar Joko Tingkir.

Salah satu poin yang disorot Wareng adalah perubahan branding bus tim yang sebelumnya dipakai Persela, yang kini diubah untuk kepentingan PSIS. Situasi ini, menurutnya, memicu rasa sakit hati di kalangan tertentu, seolah-olah semua perubahan tersebut secara langsung dikaitkan dengan Faris Julinar. Padahal, Wareng menegaskan bahwa tidak semua keputusan operasional dapat dibebankan kepada satu orang, terlebih posisi Faris di Persela adalah pemilik saham minoritas, bukan mayoritas.

Jonathan Bustos dan Rafinha Belum Pasti, PSIS Bidik Ali Nouri

Selain itu, Wareng juga menanggapi isu hengkangnya beberapa pemain Persela ke PSIS Semarang. Dua nama pemain asal Jawa Tengah, Wawan Febrianto dan Octivian Chiniago, yang sebelumnya membela Laskar Joko Tingkir, kini secara resmi bergabung dengan Laskar Mahesa Jenar. Wareng menjelaskan bahwa kondisi keuangan manajemen Persela pasca-ditinggal Faris menjadi kurang stabil. Akibatnya, para pemain memilih untuk mencari klub lain, termasuk PSIS Semarang. Namun, Wareng menyayangkan situasi ini justru memunculkan tudingan bahwa Faris sengaja “memboyong” pemain-pemain tersebut.

“Pemain inti Persela, manajemen baru tidak kuat bayar terus keluar pingin bergabung dengan PSIS, dikiranya Faris tega membajak pemain,” tulis Wareng dalam unggahannya. Ia menilai tuduhan semacam itu sangat tidak adil dan terlalu menyederhanakan persoalan yang sebenarnya sangat kompleks. Bagi Wareng, Faris seolah dijadikan “sasaran empuk” atau “kambing hitam” atas persoalan yang jauh lebih besar dan struktural.

Dua Kandidat Bersaing di Pemilihan Ketua PSSI Jateng

Dengan nada sindiran humor khas suporter, Wareng mempertanyakan apakah Faris memang hanya dijadikan tumbal. “Kasihan Faris di timur cuma buat salah-salahan, apa jangan-jangan mas bos sudah buka cabang di Lamongan,” tulis Wareng. Pernyataan ini tidak hanya menambah warna dalam situasi rumit Persela Lamongan, tetapi juga menyoroti kompleksitas tata kelola klub dan etika kepemilikan saham di Liga Indonesia.

Uston Nawawi Pernah Bawa Persebaya Surabaya Melibas Borneo FC

Di satu sisi, isu kepemilikan ganda memang sering diperdebatkan. Namun di sisi lain, suara suporter seperti Wareng menunjukkan adanya kejenuhan terhadap narasi saling tuding yang tak berujung. Hingga kini, polemik seputar Faris Julinar, Persela Lamongan, dan PSIS Semarang masih terus menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pendapat Wareng setidaknya memberikan sudut pandang alternatif, menegaskan bahwa di balik riuhnya isu ini, ada individu yang mungkin terlalu sering disalahkan atas masalah yang sejatinya bersifat lebih struktural.

Pelatih Persebaya Surabaya Masih Misteri! Bonek Sindir Halus di Kolom Komentar

Sponsored

Also Read

Tags