BANYU POS – , JAKARTA — Harga emas dunia diprediksi akan terus melanjutkan tren penguatan yang signifikan dalam jangka pendek. Logam mulia ini bahkan diproyeksikan dapat mencapai Rp2,7 juta per gram pada akhir tahun 2025, menandai periode optimisme di pasar komoditas.
Menurut Direktur Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, beberapa katalis kunci akan mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi sepanjang sisa tahun 2025. Salah satu pendorong utamanya adalah ekspektasi kuat terhadap penurunan suku bunga lanjutan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Ekspektasi ini diperkuat oleh rilis data pengangguran di AS yang menunjukkan angka cukup tinggi pada Oktober 2025. Kondisi ketenagakerjaan yang melonggar ini diyakini akan memberikan tekanan pada The Fed untuk mempertimbangkan kembali pemangkasan suku bunga pada pertemuan Januari 2026, sebagai upaya menstimulasi ekonomi.
“Ini yang membuat ada kemungkinan di bulan Januari, bank sentral AS dalam pertemuan ini mungkin akan membahas tentang penurunan suku bunga kembali,” ungkap Ibrahim dalam rilis resminya, Minggu (14/12/2025).
Selain faktor tersebut, Ibrahim juga menyoroti potensi besar penggantian Gubernur The Fed yang diperkirakan terjadi pada April atau Mei 2026. Pergeseran ini, lanjutnya, dapat memengaruhi kebijakan. Di awal tahun 2026, Gubernur The Fed Jerome Powell cenderung akan mengakomodasi keinginan pemerintahan Trump untuk menekan suku bunga, terutama menjelang masa transisi kepemimpinan.
Lebih lanjut, Ibrahim mengindikasikan bahwa pergantian kepemimpinan di The Fed dapat membuka peluang bagi bank sentral untuk melakukan pemangkasan suku bunga lebih dari satu kali sepanjang tahun 2026. Proyeksi ini kontras dengan rencana The Fed sebelumnya yang hanya mengagendakan satu kali pemangkasan suku bunga pada periode yang sama.
Di sisi lain, meningkatnya tensi geopolitik global juga menjadi faktor krusial yang diprediksi akan mendorong kenaikan harga emas secara berkelanjutan hingga tahun 2026. Ibrahim mencontohkan memanasnya ketegangan antara Iran dan Israel sebagai pemicu utama kekhawatiran pasar.
“Seandainya terjadi perang antara Israel dan Iran, yang terjadi kemungkinan besar pasokan minyak mentah dunia ini akan terhambat karena Iran adalah salah satu negara penghasil minyak terbesar kedua anggota OPEC setelah Arab Saudi,” jelas Ibrahim.
Ketegangan geopolitik lain yang tak kalah penting adalah konflik berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina. Gabungan berbagai situasi geopolitik yang bergejolak ini secara kolektif dipercaya akan memicu lonjakan harga emas yang signifikan hingga penghujung tahun 2025.
“Kemungkinan besar sampai akhir tahun ini akan menuju level Rp2.700.000 dan untuk emas dunianya di level US$4.440,” pungkas Ibrahim, menegaskan kembali proyeksinya.
Untuk prospek jangka pendek, khususnya pada perdagangan pekan depan, Ibrahim memproyeksikan bahwa harga emas dunia tetap memiliki peluang kuat untuk menguat menuju level US$4.380. Hal ini setara dengan Rp2,59 juta untuk logam mulia di pasar domestik, mengindikasikan potensi kenaikan yang konsisten.




