JAKARTA, BANYU POS – Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan rebalancing atau penyesuaian ulang konstituen indeks LQ45, yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025 hingga 31 Oktober 2025. Perubahan ini menjadi sorotan di tengah kondisi pasar yang dinamis.
Pengumuman resmi dari BEI menyebutkan bahwa PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) harus rela melepas posisinya di indeks LQ45. Sebagai pengganti, dua emiten baru yang siap meramaikan persaingan adalah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).
Keputusan rebalancing ini diambil saat indeks LQ45 menunjukkan performa yang kurang menggembirakan. Data statistik BEI per tanggal 29 Juli 2025 mencatat bahwa indeks ini telah terkoreksi sebesar 2,61% sejak awal tahun. Kondisi ini tentu memicu pertanyaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan saham-saham unggulan.
Analis Panin Sekuritas, Cliff Nathaniel, menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama tertahannya laju indeks LQ45 adalah koreksi yang dialami oleh saham-saham perbankan dengan kapitalisasi pasar besar. Bobot saham-saham ini dalam indeks LQ45 sangat signifikan, sehingga pergerakan mereka memiliki dampak yang besar.
“Pelemahan sektor perbankan saat ini terjadi seiring dengan ketatnya likuiditas dan kondisi ekonomi yang kurang memadai,” ujar Cliff kepada Kontan, Rabu (30/7). Kondisi ini menyoroti pentingnya stabilitas ekonomi makro dalam menjaga performa sektor keuangan.
Namun, di tengah tantangan tersebut, Cliff mencatat bahwa indeks LQ45 masih mampu bertahan berkat kontribusi positif dari saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA). Keduanya menjadi penopang yang signifikan.
Kenaikan harga tembaga menjadi katalis positif bagi MDKA, sementara BRPT mendapatkan dorongan dari arus dana masuk (inflow) asing. Hal ini menunjukkan bahwa faktor komoditas dan sentimen investor asing masih memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan saham tertentu.
Senada dengan Cliff, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Wisnubroto, juga mengamini bahwa beberapa saham menunjukkan tren kinerja yang konsisten, baik secara harian, bulanan, maupun sepanjang tahun 2025. Konsistensi ini menjadi indikator penting bagi investor dalam mengambil keputusan.
“Di sektor pertambangan, MDKA tampil kuat dengan kenaikan sebesar 11,4% secara bulanan (month to date/MtD) dan 28% secara tahunan (year to date/YtD),” jelas Rully. Angka-angka ini menunjukkan betapa sektor pertambangan, khususnya MDKA, memiliki daya tarik tersendiri di mata investor.
Meskipun demikian, Rully mengingatkan para pelaku pasar untuk tetap waspada dan cermat dalam mengamati sentimen-sentimen yang dapat memengaruhi kinerja emiten. Volatilitas harga emas, tembaga, dan batubara akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan saham-saham di sektor terkait, seperti MDKA, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Medco Energi Internasional Tbk.
Sementara itu, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah, menyoroti PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebagai saham yang layak dicermati karena kenaikan harganya yang signifikan. Pergerakan saham ini menarik perhatian banyak pihak.
Sebagai saham yang terafiliasi dengan konglomerasi Prajogo Pangestu, kenaikan yang terjadi pada anak-anak usaha BRPT memberikan dampak positif dari sisi valuasi induknya. Hal ini menunjukkan bahwa sinergi dalam sebuah grup bisnis besar dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan induk.
Fath juga menyoroti SCMA, pendatang baru di indeks LQ45, sebagai saham yang menarik untuk dicermati. “Potensi membaiknya kinerja Vidio akan menjadi salah satu katalis yang menarik untuk diperhatikan,” tutupnya. Harapan terhadap kinerja Vidio menjadi salah satu faktor yang membuat SCMA dilirik oleh para investor.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia melakukan rebalancing indeks LQ45 yang berlaku mulai 1 Agustus hingga 31 Oktober 2025, menggantikan ESSA dan SIDO dengan AADI dan SCMA. Keputusan ini diambil saat indeks LQ45 terkoreksi 2,61% sejak awal tahun, terutama disebabkan oleh pelemahan saham perbankan berkapitalisasi besar akibat ketatnya likuiditas dan kondisi ekonomi yang kurang memadai.
Meskipun indeks LQ45 tertekan, saham MDKA dan MBMA memberikan kontribusi positif. Analis merekomendasikan untuk mencermati saham MDKA, BRPT, dan SCMA, dengan mempertimbangkan faktor harga komoditas, inflow asing, dan potensi perbaikan kinerja Vidio. Investor juga diingatkan untuk waspada terhadap volatilitas harga emas, tembaga, dan batubara yang dapat memengaruhi saham di sektor terkait.