BANYU POS JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami koreksi pada perdagangan Senin, 4 Agustus 2025. Prediksi ini muncul setelah IHSG ditutup melemah tipis 0,08% ke level 7.537 pada akhir pekan lalu (28 Juli – 1 Agustus).
Alrich Paskalis Tambolang, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, mengungkapkan bahwa pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh berbagai sentimen, baik dari dalam negeri maupun global.
Dari dalam negeri, data inflasi Juli 2025 menjadi salah satu faktor utama. Tercatat inflasi mencapai 2,37% secara tahunan (YoY), meningkat dibandingkan 1,87% YoY pada Juni 2025. Angka ini juga lebih tinggi dari estimasi pasar yang berada di angka 2,24%.
“Ini adalah tingkat inflasi tertinggi sejak Juni 2024, terutama didorong oleh kenaikan harga makanan yang mencapai 3,75% YoY,” jelas Alrich kepada Kontan, Jumat (1/8).
Meskipun demikian, Alrich menekankan bahwa laju inflasi ini masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia, yaitu antara 1,5% hingga 3,5%. Sentimen positif inilah yang diyakini mendorong penguatan IHSG pada Jumat (1/8), setelah sebelumnya terkoreksi pada Kamis (31/7/2025).
Selain inflasi, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 juga turut memengaruhi pasar. Surplus tercatat sebesar US$ 4,11 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan US$ 4,3 miliar pada Mei 2025. Namun, angka ini masih jauh melampaui perkiraan pasar yang hanya menaksir US$ 3,55 miliar.
Penguatan IHSG selama sepekan terakhir juga didorong oleh penetapan tarif ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang lebih rendah dibandingkan negara-negara lain yang belum memiliki kesepakatan dagang dengan AS.
Secara teknikal, Alrich menjelaskan bahwa indikator MACD berpotensi membentuk deathcross dengan histogram positif yang menurun. Sementara itu, indikator stochastic masih bergerak di area pivot.
“Tekanan jual berkurang dibandingkan perdagangan selama dua hari sebelumnya, sehingga diperkirakan IHSG akan cenderung konsolidasi pada kisaran 7470-7680 selama pekan depan,” prediksi Alrich.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, juga sependapat bahwa IHSG akan rentan terkoreksi pada perdagangan Senin (4/8) dengan level support di 7.401 dan resistance di 7.680.
Menurut Herditya, sentimen utama yang akan memengaruhi indeks adalah hasil kinerja individual emiten pada semester I 2025.
Selain itu, investor juga akan mencermati pemberlakuan tarif dagang AS dan pergerakan aliran dana asing.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Herditya merekomendasikan investor untuk mencermati saham PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dan PT WIR Asia Tbk (WIRG) pada perdagangan Senin (4/8/2025).
Untuk saham AGRO, support dan resistance berada di level Rp 224-Rp 230. Sementara untuk saham RATU, rentang support adalah Rp 8.300 dan resistance Rp 8.650. Lalu, support saham WIRG berada di Rp 121 dan resistance di Rp 135.
Sementara itu, Alrich merekomendasikan investor untuk mencermati saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT).
Alrich juga merekomendasikan saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) untuk perdagangan Senin (4/8/2025).
Ringkasan
IHSG diperkirakan terkoreksi pada Senin, 4 Agustus 2025, setelah melemah tipis di akhir pekan sebelumnya. Sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG meliputi data inflasi Juli 2025 yang mencapai 2,37% (YoY) dan surplus neraca perdagangan Juni 2025 sebesar US$ 4,11 miliar. Secara teknikal, indikator MACD berpotensi membentuk deathcross, dengan perkiraan IHSG konsolidasi pada kisaran 7470-7680.
Analis merekomendasikan beberapa saham yang berpotensi cuan, seperti AGRO, RATU, dan WIRG (versi Herditya Wicaksana), serta JPFA, HRUM, ISAT, TOBA, dan KLBF (versi Alrich Paskalis Tambolang). Investor disarankan untuk mencermati hasil kinerja emiten semester I 2025, pemberlakuan tarif dagang AS, dan pergerakan aliran dana asing.