IHSG Cetak Rekor! Ini Prediksi Saham Selanjutnya, Jangan Sampai Ketinggalan!

Hikma Lia

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Setelah mencetak rekor demi rekor, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya terhenti. Pada perdagangan Jumat (15/8/2025), IHSG harus rela parkir di zona merah, terkoreksi 0,41% atau setara 32,87 poin, dan menutup hari di level 7.898,37.

Meskipun demikian, sepanjang sesi perdagangan, IHSG sempat menunjukkan taringnya dengan menembus level psikologis 8.000 dan menyentuh titik tertinggi di 8.017,06.

Namun, menurut pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, euforia penguatan IHSG belakangan ini tidak sepenuhnya didasari oleh fundamental pasar yang solid. Ia berpendapat, kenaikan indeks lebih banyak didorong oleh performa gemilang lima saham tertentu, yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT DCI Indonesia Tbk (DCII), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).

IHSG Melejit 4,84% dalam Sepekan, Apa Penyokongnya?

Ke depan, Budi memproyeksikan IHSG akan bergerak di rentang 7.800, dengan potensi penguatan menuju 7.900 menjelang tutup tahun.

Menanggapi isu yang beredar mengenai adanya intervensi pihak tertentu untuk mendongkrak IHSG menembus level 8.000, yang bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Budi memilih untuk tidak memberikan komentar yang lebih mendalam. “Silakan diinterpretasikan sendiri, karena saya pun tidak berani juga bilang ada pesanan, karena tidak punya bukti juga,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (15/8).

Sementara itu, Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas, Laksono Widodo, memiliki pandangan yang lebih optimis. Ia melihat masih ada peluang peningkatan kinerja di beberapa sektor utama pada semester II-2025, terutama karena valuasi beberapa sektor saat ini masih tergolong menarik.

Optimisme ini didukung oleh perbaikan kondisi makroekonomi, prospek peningkatan belanja pemerintah, serta likuiditas yang semakin membaik. Sektor perbankan, misalnya, diperkirakan akan diuntungkan oleh likuiditas yang lebih baik, yang berpotensi meningkatkan margin keuntungan. Kemudian, sektor telekomunikasi berpeluang mencatatkan perbaikan pendapatan seiring dengan meredanya persaingan di industri.

IHSG Melemah 0,41% ke 7.898 pada Jumat (15/8/2025), INCO, BBTN, MAPA Top Losers LQ45

Lebih lanjut, sektor konsumer dan ritel diharapkan mendapatkan angin segar dari peningkatan belanja pemerintah, yang diharapkan dapat memperkuat daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan penjualan emiten di sektor tersebut.

“Saat ini, proyeksi IHSG untuk akhir tahun 2025 adalah 7.960. Indeks berpotensi melampaui level ini jika perbaikan fundamental benar-benar terjadi dalam beberapa bulan ke depan,” jelas Laksono kepada Kontan, Jumat (15/8).

Mengenai arah pergerakan IHSG pada pekan mendatang, Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak terlalu mengkhawatirkan potensi pelemahan pasar, kecuali jika terjadi peristiwa besar selama periode libur panjang (long weekend). Berkaca pada sejarah, peristiwa-peristiwa tersebut seringkali dipicu oleh faktor eksternal, seperti isu yang berkaitan dengan Donald Trump atau perkembangan di Amerika Serikat.

Di luar faktor-faktor tersebut, Liza menilai bahwa pergerakan IHSG saat ini masih dalam fase konsolidasi yang sehat. Ia juga menyoroti adanya arus modal asing (capital inflow) yang mulai menunjukkan konsistensi, yang tercermin dari capaian foreign net buy positif sekitar Rp 5 triliun dalam sepekan terakhir.

“Tentunya, ini adalah pemandangan yang sudah lama tidak kita saksikan,” kata Liza kepada Kontan, Jumat (15/8).

Selain itu, Liza juga menuturkan bahwa masuknya sejumlah emiten Indonesia ke dalam indeks MSCI memberikan dorongan signifikan bagi pasar modal Indonesia. Langkah ini berpotensi memperbesar investment pool Indonesia sebagai negara yang layak untuk investasi.

“Dana asing kembali mengalir ke Indonesia seiring dengan masuknya perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar ke dalam indeks. Hal ini memberikan ruang yang cukup untuk likuiditas,” imbuh Liza.

Liza menambahkan bahwa strategi investor asing saat ini cenderung mengarah pada pembelian saham dari sektor perbankan, khususnya saham blue chip klasik yang selama ini kurang mendapat perhatian (laggard). Saham-saham ini dianggap penting sebagai pengisi portofolio berskala besar karena perannya sebagai tulang punggung IHSG dan penggerak utama indeks (index mover).

Ringkasan

IHSG sempat menembus level 8.000 sebelum akhirnya terkoreksi dan ditutup di 7.898,37. Pengamat pasar modal, Budi Frensidy, menilai kenaikan IHSG lebih banyak didorong oleh performa lima saham tertentu dan memproyeksikan IHSG akan bergerak di rentang 7.800-7.900 menjelang akhir tahun. Sementara itu, Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas, Laksono Widodo, optimis terhadap kinerja sektor utama pada semester II-2025 dan memproyeksikan IHSG dapat mencapai 7.960, bahkan melampaui level tersebut.

Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, melihat pergerakan IHSG saat ini sebagai konsolidasi yang sehat dan menyoroti arus modal asing yang konsisten. Masuknya emiten Indonesia ke dalam indeks MSCI juga memberikan dorongan signifikan bagi pasar modal. Liza menambahkan bahwa investor asing cenderung membeli saham perbankan blue chip yang selama ini kurang mendapat perhatian.

Also Read

Tags