Dolar AS Terancam! The Fed Longgarkan Kebijakan, Rupiah Berjaya?

Hikma Lia

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Lanskap mata uang global tengah memasuki babak baru. Di tengah proyeksi pemangkasan suku bunga acuan oleh bank-bank sentral dunia pada paruh kedua tahun 2025, prospek mata uang-mata uang utama dunia menjadi fokus perhatian.

Dolar Amerika Serikat (AS), yang selama ini menjadi penguasa, diperkirakan akan menghadapi tantangan berat seiring langkah The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

Lukman Leong, Analis Mata Uang Doo Financial Futures, berpendapat bahwa dolar AS masih berada dalam tren pelemahan. Meskipun ada sedikit dorongan dari pernyataan hawkish pejabat The Fed, terutama Jerome Powell, momentumnya tidak cukup kuat untuk membalikkan tren.

“Indeks dolar AS sebenarnya masih tertekan dan sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan tahun ini. Sikap hawkish dari pejabat The Fed, khususnya Powell, yang menyoroti kekhawatiran dampak tarif pada inflasi memang memberikan sedikit dukungan. Namun, rebound-nya tidak terlalu besar,” ungkap Lukman kepada KONTAN, Jum’at (22/8/2025).

Loyo di Pekan lalu, Dolar AS Bergerak Stabil di Awal Pekan Ini

Saat ini, investor global menantikan pidato Powell di Jackson Hole. Pasar memperkirakan Powell akan tetap mempertahankan nada hawkish, meskipun menghadapi tekanan politik dari Presiden AS, Donald Trump.

Namun, kebijakan moneter yang ketat saja tidak serta merta menjadi penyelamat bagi dolar AS. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi, bahkan potensi resesi di AS, justru menjadi beban yang lebih berat.

“Pelemahan dolar AS di masa depan akan memberikan angin segar bagi euro (EUR), poundsterling (GBP), dan yen (JPY), meskipun fundamental masing-masing mata uang ini berbeda,” jelas Lukman.

Lebih lanjut, Lukman menjelaskan bahwa inflasi di kawasan Eropa sudah sejalan dengan target Bank Sentral Eropa (ECB), dan pertumbuhan PDB relatif solid. Kombinasi ini memberikan fondasi yang kuat bagi euro untuk terus menguat terhadap dolar AS.

Sementara itu, poundsterling memiliki potensi untuk naik, namun lebih didorong oleh pelemahan dolar AS daripada kekuatan fundamental ekonomi Inggris.

Nilai Tukar Rupiah Melemah 1,13% Sepekan ke Rp 16.351 Per Dolar Hingga Jumat (22/8)

Yen Jepang, di sisi lain, dinilai lebih spekulatif. Meskipun Bank of Japan (BoJ) menjadi satu-satunya bank sentral utama yang masih berpotensi menaikkan suku bunga, ekonomi Jepang dibayangi oleh ancaman tarif AS dan pertumbuhan domestik yang lemah.

“Euro cukup solid dan diprediksi akan terus menguat terhadap dolar. Jadi, pilihan terbaik saat ini adalah EUR. JPY agak spekulatif, sementara GBP berpotensi naik, tetapi bukan karena fundamental ekonomi Inggris yang kuat,” kata Lukman.

Lukman memproyeksikan nilai tukar euro akan bergerak di kisaran 1,18–1,20 per dolar AS, poundsterling di 1,36 per dolar AS, dan yen di sekitar JPY 140 per dolar AS. Proyeksi ini dengan catatan, tidak ada kejutan dari pidato Powell di Jackson Hole yang dapat menggoyahkan pasar.

Ringkasan

Dolar AS diprediksi menghadapi tantangan karena The Fed diperkirakan akan melonggarkan kebijakan moneternya pada paruh kedua tahun 2025. Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa dolar AS masih dalam tren pelemahan, meski ada dorongan dari pernyataan hawkish pejabat The Fed, namun momentumnya tidak cukup kuat.

Pelemahan dolar AS berpotensi menguntungkan euro (EUR), poundsterling (GBP), dan yen (JPY). Euro dinilai cukup solid dengan inflasi yang sejalan dengan target ECB dan pertumbuhan PDB yang relatif baik. Sementara poundsterling berpotensi naik karena pelemahan dolar AS, dan yen dinilai lebih spekulatif meskipun BoJ berpotensi menaikkan suku bunga.

Also Read

Tags