BANYU POS, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat membuka wacana untuk memperluas kepemilikan saham di berbagai sektor industri, termasuk pertahanan, menyusul keberhasilan akuisisi 10% saham di perusahaan produsen chip, Intel Corp.
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg pada hari Rabu (27/8/2025), Michael Lutnick, seorang tokoh berpengaruh di Wall Street, menyatakan bahwa diskusi intens tengah berlangsung mengenai potensi investasi pemerintah di sektor pertahanan. Hal ini muncul setelah pemerintahan Trump berhasil mengakuisisi sebagian saham Intel.
“Oh, ada diskusi besar soal pertahanan,” ujar Lutnick, menanggapi pertanyaan mengenai kemungkinan penerapan skema serupa untuk perusahaan yang bergantung pada kebijakan pemerintah, terutama di bidang pertahanan.
Lutnick secara spesifik menyoroti Lockheed Martin Corp., sebuah perusahaan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari pemerintah AS. Menurutnya, Lockheed Martin pada dasarnya adalah perpanjangan tangan dari pemerintah Amerika Serikat. “Mereka membuat persenjataan yang sangat canggih. Pertanyaannya: apa nilai ekonominya?” tanyanya.
Dia menambahkan bahwa nilai ekonomi di sektor pertahanan akan dievaluasi oleh Menteri Pertahanan dan Wakil Menteri Pertahanan AS. “Tapi saya katakan, kita perlu banyak pembahasan tentang bagaimana membiayai akuisisi persenjataan kita,” tegasnya.
Data resmi menunjukkan bahwa sekitar 73% dari penjualan bersih Lockheed Martin pada tahun lalu berasal dari kontrak dengan pemerintah AS. Perusahaan keamanan dan kedirgantaraan ini adalah pemasok utama bagi militer AS, termasuk untuk jet tempur mutakhir seperti F-35 dan F-22.
Menanggapi hal ini, Lockheed Martin dalam pernyataan tertulisnya menyatakan komitmen untuk terus bekerja sama dengan pemerintahan Trump dalam memperkuat pertahanan nasional.
Sementara itu, juru bicara Boeing Co., RTX Corp., dan General Dynamics Corp. menolak memberikan komentar atas pernyataan Lutnick, maupun mengenai kemungkinan diskusi dengan pemerintah. Northrop Grumman Corp. dan SAIC juga belum memberikan tanggapan resmi.
Pernyataan Lutnick ini sontak memicu lonjakan harga saham kontraktor pertahanan AS. Saham Lockheed Martin melonjak hingga 1,7%, mencatatkan kenaikan intraday terbesar dalam hampir dua pekan, sementara saham Northrop Grumman menguat 1,2%.
Komentar ini muncul setelah kesepakatan penting pada Jumat lalu, di mana pemerintah AS berhasil memperoleh hampir 10% saham di Intel, sebuah langkah yang dianggap sebagai upaya untuk menyelamatkan raksasa produsen chip tersebut. Kesepakatan ini sekaligus menandai strategi ekonomi baru Presiden Donald Trump di periode keduanya.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Washington menerima 433,3 juta saham biasa Intel senilai US$8,9 miliar yang didanai melalui hibah US Chips and Science Act dan program Secure Enclave. Ditambah dengan dana sebelumnya sebesar US$2,2 miliar, total investasi pemerintah mencapai US$11,1 miliar.
Meskipun Intel menegaskan bahwa pemerintah hanya akan menjadi pemegang saham pasif tanpa hak tata kelola maupun kursi di dewan, langkah ini tetap mengejutkan Wall Street dan Washington.
Juru bicara Gedung Putih, Kush Desai, menyatakan bahwa pemerintahan Trump akan terus menjajaki kesepakatan serupa untuk memastikan pembayar pajak mendapatkan manfaat maksimal dari investasi pemerintah. “Dari perjanjian dagang hingga kesepakatan damai, Presiden Trump secara konsisten menjaga keamanan nasional dan ekonomi, sembari memastikan kesepakatan terbaik bagi pembayar pajak Amerika,” kata Desai.
Dalam wawancara yang sama, Lutnick juga menyinggung tentang pentingnya pendanaan pemerintah bagi universitas yang menghasilkan paten, serta dukungan terhadap rantai pasok AS bagi perusahaan yang bergantung pada magnet tanah jarang, yang saat ini didominasi oleh China.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS bahkan sempat mengancam program riset di Harvard University yang didanai federal, termasuk hak kekayaan intelektual yang dihasilkan dari riset tersebut.
Meskipun menepis kemungkinan pemerintah AS akan mengambil alih ekuitas secara besar-besaran di sektor swasta, Lutnick menekankan manfaat dari kesepakatan dengan Intel bagi para pembayar pajak. “Kalau perusahaan AS mendapat investasi pemerintah, wajar bila pemimpin menuntut kesepakatan lebih baik. Mari dapatkan keuntungan dari kesepakatan itu. Anda harus menekan mereka, jangan jadi pihak yang lemah,” pungkasnya.
Ringkasan
Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan membuka peluang untuk memperluas kepemilikan saham di sektor industri, termasuk pertahanan, menyusul keberhasilan akuisisi saham Intel Corp. Michael Lutnick, seorang tokoh Wall Street, menyebutkan bahwa diskusi intensif mengenai investasi pemerintah di sektor pertahanan sedang berlangsung, terutama pada perusahaan yang bergantung pada kebijakan pemerintah seperti Lockheed Martin.
Langkah ini muncul setelah pemerintah AS memperoleh hampir 10% saham di Intel, yang dianggap sebagai upaya untuk menyelamatkan perusahaan tersebut. Pemerintah berencana menjajaki kesepakatan serupa untuk memastikan pembayar pajak mendapatkan manfaat maksimal dari investasi pemerintah, termasuk pendanaan untuk universitas yang menghasilkan paten dan dukungan rantai pasok perusahaan yang bergantung pada magnet tanah jarang.