Sponsored

Rupiah Menguat Tipis! Pemerintah Tarik Dana Rp 200T dari BI

Hikma Lia

Nilai tukar rupiah menunjukkan kekuatan tipis di tengah gejolak pasar, mengakhiri perdagangan sore dengan penguatan 8 poin ke level Rp 16.461 per dolar Amerika Serikat. Angka ini menandai perbaikan dari posisi sebelumnya yang sempat melemah di Rp 16.469. Penguatan ini tidak terlepas dari langkah strategis pemerintah yang bersiap menarik dana simpanan senilai Rp 200 triliun dari Bank Indonesia (BI) untuk disalurkan ke sektor perbankan domestik.

Menurut Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, kebijakan penarikan dana ini merupakan respons pemerintah untuk mengatasi isu kekeringan likuiditas yang mulai menjadi perhatian serius pelaku industri. Tujuannya jelas: mempercepat penyaluran kredit ke sektor riil, sehingga momentum pertumbuhan ekonomi tetap terjaga di tengah dinamika global. Ibrahim, dalam analisisnya pada Kamis (11/9), menambahkan bahwa langkah ini vital untuk meningkatkan perputaran uang dalam perekonomian.

Sponsored

Dengan tambahan likuiditas yang signifikan, perbankan diharapkan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyalurkan kredit produktif. Inisiatif ini diproyeksikan akan mendorong peningkatan konsumsi dan investasi, sekaligus mendukung berbagai program prioritas pemerintah yang memerlukan sokongan finansial.

Phuket: Pulau Wisata Thailand yang Selalu Jadi Favorit

Meskipun demikian, pemerintah tengah memfinalisasi aturan teknis terkait bank-bank mana saja yang akan menjadi penerima aliran dana ini. Ibrahim menegaskan bahwa regulasi yang tepat menjadi kunci utama agar penempatan dana tersebut benar-benar efektif dalam menggenjot penyaluran kredit, bukan sekadar menjadi sumber dana murah bagi perbankan tanpa dampak riil pada perekonomian. Penempatan dana secara langsung di perbankan diharapkan memberi ruang gerak lebih luas bagi bank untuk menyalurkan kredit ke sektor-sektor produktif, mulai dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hingga proyek-proyek strategis nasional. Skema ini diyakini akan mempercepat proses pemulihan dan penguatan ekonomi, terutama mengingat kebutuhan likuiditas yang tinggi menjelang akhir tahun.

Selain sentimen domestik, penguatan nilai rupiah turut ditopang oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan harga produsen AS yang lebih lemah dari perkiraan serta revisi besar pada angka ketenagakerjaan resmi, mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja di sana mulai mendingin. Perkembangan ini memperkuat keyakinan para pelaku pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) hampir pasti akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mereka minggu depan, dengan beberapa pihak bahkan bertaruh pada langkah yang lebih agresif.

Ibrahim menambahkan, perhatian pasar saat ini tertuju pada rilis angka inflasi harga konsumen (CPI) AS yang dijadwalkan pada Kamis malam. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,3% pada Agustus dan pembacaan tahunan sebesar 2,9%, yang akan menjadi indikator krusial bagi arah kebijakan moneter The Fed selanjutnya.

Ringkasan

Rupiah menguat tipis menjadi Rp 16.461 per dolar AS, meningkat dari Rp 16.469 sebelumnya. Penguatan ini didorong oleh rencana pemerintah menarik Rp 200 triliun dari BI untuk disalurkan ke perbankan, guna mengatasi kekeringan likuiditas dan mendorong penyaluran kredit ke sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Penarikan dana tersebut bertujuan untuk mempercepat perputaran uang dan meningkatkan penyaluran kredit produktif, terutama ke UMKM dan proyek strategis nasional. Meskipun demikian, regulasi yang tepat dibutuhkan agar dana tersebut efektif dan tidak hanya menjadi dana murah bagi perbankan. Penguatan rupiah juga didukung ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS, ditandai dengan data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan.

Sponsored

Also Read

Tags