BANYU POS JAKARTA. Wall Street memulai pekan ini dengan nada optimis, meskipun ada kekhawatiran tentang potensi *shutdown* pemerintahan AS. Pada perdagangan Senin (29/9), indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite dibuka dengan penguatan yang signifikan, sementara Dow Jones Industrial Average sedikit melemah.
Investor tampaknya lebih memilih untuk mengabaikan komentar *hawkish* dari para pejabat The Federal Reserve (The Fed) dan fokus pada antisipasi *shutdown* pemerintahan AS yang diperkirakan dapat dimulai pada 1 Oktober, yang juga menandai hari pertama tahun fiskal 2026.
Pada pukul 10:03 pagi waktu setempat, Dow Jones mengalami penurunan tipis sebesar 17,64 poin (0,04%) ke level 46.228,17. Sebaliknya, S&P 500 melonjak 25,48 poin (0,38%) ke 6.669,18, dan Nasdaq melesat 178,39 poin (0,79%) ke 22.662,67.
Sektor Teknologi Jadi Penggerak Utama
Sektor teknologi menjadi lokomotif utama yang mendorong reli di pasar saham. Indeks teknologi S&P 500 mencatat kenaikan sekitar 1%, dipicu oleh lonjakan harga saham Nvidia (+2,8%), Micron Technology (+4,9%), dan Lam Research (+2,6%). Kenaikan ini didorong oleh peningkatan peringkat dari Deutsche Bank menjadi rekomendasi “beli”.
Performa positif saham-saham perusahaan semikonduktor tersebut berhasil membawa indeks Philadelphia Semiconductor (SOX) mencapai rekor tertinggi baru, sekaligus menjadi penopang utama bagi penguatan indeks Nasdaq.
Selain itu, saham-saham di sektor komunikasi juga mengalami kenaikan sebesar 0,8% pada indeks S&P 500. Namun, di sisi lain, sektor energi mengalami koreksi sebesar 1,9%, dengan penurunan pada saham Chevron (-2,3%) dan McDonald’s (-0,7%) yang memberikan tekanan pada kinerja Dow Jones.
The Fed, Inflasi, dan Prospek Suku Bunga
Kenaikan indeks pada hari ini merupakan kelanjutan dari tren positif yang terjadi pada hari Jumat sebelumnya, setelah data inflasi AS dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar, sehingga memunculkan harapan akan adanya pemangkasan suku bunga.
Meskipun demikian, komentar *hawkish* dari Presiden The Fed Cleveland, Beth Hammack, menegaskan kembali perlunya mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk menekan inflasi. Meskipun begitu, para pelaku pasar tetap optimistis dengan peluang sebesar 91,4% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed berikutnya.
Ancaman *Shutdown* Pemerintahan AS
Saat ini, pasar sedang menyoroti tarik-menarik politik yang terjadi antara Partai Republik dan Demokrat terkait pendanaan pemerintah. Apabila tidak ada kesepakatan yang tercapai, *shutdown* berpotensi dimulai pada hari Rabu mendatang.
Menurut analis dari FBB Capital Partners, Mel Casey, *shutdown* bukanlah sebuah “skenario kiamat” dan justru bisa menjadi peluang bagi Partai Republik untuk mendorong pemangkasan belanja pemerintah.
Akan tetapi, *shutdown* dapat menunda perilisan data ekonomi penting, seperti laporan ketenagakerjaan *nonfarm payrolls* yang dijadwalkan pada hari Jumat ini, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakpastian bagi pasar.
Saham Individu yang Menjadi Sorotan
Beberapa saham mencatat pergerakan yang signifikan:
- Canopy Growth (+16,3%), Cronos Group (+11,6%), dan Tilray Brands (+36,1%) melonjak setelah Donald Trump membagikan video yang menyoroti manfaat kesehatan dari *cannabidiol* (CBD).
- Electronic Arts (EA) naik 4,8% setelah sepakat untuk diakuisisi dan menjadi perusahaan privat dalam kesepakatan senilai $55 miliar.
- Western Digital (WDC) mencetak rekor baru dengan kenaikan 9,2% berkat target harga yang lebih tinggi dari sejumlah analis.
- Seagate Technology (STX) juga menembus rekor tertinggi, naik 7,1% setelah menerima *upgrade* serupa.
- Carnival (CCL) justru turun 2,3% meskipun menaikkan proyeksi laba tahunan.
Pasar Masih Kuat, Tetapi Waspada Koreksi
Menurut BTIG, S&P 500 telah mencatatkan 103 hari perdagangan berturut-turut tanpa jatuh di bawah rata-rata pergerakan 50 harinya, sebuah rekor ketahanan yang jarang terjadi. Meskipun demikian, kondisi ini juga dapat mengindikasikan bahwa pasar berisiko mengalami *pullback* dalam waktu dekat.
Secara keseluruhan, jumlah saham yang naik masih lebih banyak daripada yang turun, dengan rasio 1,15 banding 1 di NYSE dan 1,24 banding 1 di Nasdaq.