Sponsored

Wall Street Hijau! Peluang Buy the Dip di Perdagangan Jumat?

Hikma Lia

BANYU POS – Wall Street memulai perdagangan hari Jumat (10/10/2025) dengan catatan positif, meskipun tipis, setelah investor kembali memanfaatkan momen koreksi singkat untuk melakukan aksi beli. Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh antisipasi data sentimen konsumen Amerika Serikat (AS), yang diharapkan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi terkini.

Sponsored

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka naik 36,5 poin atau 0,08% ke level 46.394,88. Senada dengan itu, indeks S&P 500 menguat 5,4 poin atau 0,08% ke posisi 6.740,49, dan Nasdaq Composite mencatatkan kenaikan sebesar 18,9 poin atau 0,08% ke 23.043,52. Kenaikan ini menunjukkan kepercayaan diri pasar setelah mengalami sedikit penurunan pada sesi sebelumnya.

Optimisme terhadap prospek saham terus membayangi, terutama didorong oleh keyakinan bahwa pertumbuhan berbasis kecerdasan buatan (AI) masih akan menjadi motor penggerak utama. Analis memprediksi bahwa tren “AI rally” yang sebelumnya didominasi sektor teknologi akan meluas ke sektor energi dan konstruksi, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pusat data.

Aleksandr Spencer, Chief Investment Officer di Bogart Wealth, mengungkapkan bahwa investor melihat setiap koreksi kecil sebagai kesempatan untuk kembali berinvestasi. “Likuiditas di sistem masih sangat besar,” ujarnya, mengindikasikan kekuatan pasar yang mendasarinya.

Selain itu, sentimen fear of missing out (FOMO) juga turut mendorong kenaikan pasar. Investor khawatir ketinggalan momentum di tengah keyakinan bahwa pasar bullish yang telah berlangsung hampir tiga tahun masih memiliki potensi pertumbuhan, terutama jika The Fed terus melanjutkan kebijakan penurunan suku bunga. Ekspektasi ini semakin menguat setelah data terbaru mengindikasikan adanya pelemahan di pasar tenaga kerja.

Di sisi lain, penundaan rilis data ekonomi resmi akibat government shutdown memaksa pelaku pasar untuk mengandalkan survei dan indikator alternatif sebagai panduan. Survei sentimen konsumen Universitas Michigan menjadi salah satu data yang paling dinantikan.

Laporan ini menjadi krusial mengingat keterbatasan data ekonomi resmi. Selain itu, perkembangan geopolitik di Timur Tengah juga menjadi perhatian investor. Pasar sempat bereaksi positif terhadap laporan bahwa pasukan Israel mulai menarik diri dari beberapa wilayah Gaza, sebagai bagian dari potensi kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Meredanya ketegangan ini dinilai dapat mengurangi tekanan risiko global terhadap pasar saham.

Musim laporan keuangan kuartal ketiga yang akan dimulai pekan depan akan menjadi ujian penting bagi reli pasar saham AS. Kinerja emiten akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan perusahaan dan prospek pertumbuhan ke depan.

Dari sisi emiten, Intel mencatat kenaikan 1,9% dalam perdagangan pre-market setelah broker TD Cowen menaikkan target harga sahamnya. Applied Digital melonjak 29,6% setelah melaporkan pendapatan kuartal pertama yang melampaui ekspektasi. Oracle juga mengalami kenaikan sebesar 1,8% setelah Citigroup menaikkan target harga sahamnya.

Namun, tidak semua saham bernasib baik. Levi Strauss melemah 7,4% setelah memproyeksikan laba tahunan di bawah perkiraan analis. Qualcomm juga mengalami penurunan sebesar 1,3% menyusul laporan bahwa regulator China membuka penyelidikan antimonopoli terkait akuisisinya atas perusahaan Israel, Autotalks.

Ringkasan

Wall Street memulai perdagangan Jumat dengan sedikit kenaikan, didorong oleh aksi beli saat koreksi dan antisipasi data sentimen konsumen AS. Kenaikan indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite mencerminkan optimisme pasar, terutama terhadap potensi pertumbuhan berbasis AI yang diperkirakan meluas ke sektor energi dan konstruksi.

Investor melihat koreksi sebagai peluang beli dengan likuiditas yang besar dan sentimen FOMO yang kuat, didukung oleh keyakinan akan kelanjutan bull market dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed. Survei sentimen konsumen Universitas Michigan menjadi penting karena penundaan data resmi akibat government shutdown, sementara perkembangan geopolitik di Timur Tengah juga memengaruhi sentimen pasar. Musim laporan keuangan kuartal ketiga akan menjadi penentu kelanjutan reli pasar saham.

Sponsored

Also Read

Tags