IRRA Kuartal III-2025 Meroket: Analis Ungkap Rekomendasi Saham!

Hikma Lia

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) sukses mencatatkan lonjakan kinerja keuangan yang signifikan pada kuartal III-2025, dengan pendapatan dan laba bersih yang melesat tinggi. Meskipun profitabilitas perusahaan menunjukkan perbaikan yang menggembirakan, para analis pasar menyoroti bahwa margin keuntungan yang diraih masih relatif tipis.

Sponsored

Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, menyampaikan apresiasinya terhadap pertumbuhan profitabilitas IRRA yang terbilang pesat dibandingkan periode sebelumnya. “Secara pertumbuhan, memang profitabilitas IRRA meningkat signifikan. Namun, perlu diingat bahwa margin profitabilitasnya masih tergolong cukup rendah,” ungkapnya kepada Kontan, Selasa (11/11/2025).

Lebih lanjut, Indy menjelaskan bahwa kinerja positif yang diraih IRRA selama sembilan bulan pertama tahun ini didorong oleh tingginya permintaan di sektor layanan kesehatan. Selain itu, efisiensi operasional yang diterapkan perusahaan juga mulai memberikan dampak positif. “Kombinasi antara tingginya permintaan dan efisiensi operasional inilah yang menjadi penopang utama perbaikan kinerja keuangan IRRA,” imbuhnya.

Usai Akuisisi Wolfram, Saham Bumi Resources (BUMI) Melesat, Ini Rekomendasi Analis

Sponsored

Melihat ke depan, Indy menilai bahwa prospek bisnis distribusi alat kesehatan yang dijalankan oleh IRRA masih sangat menjanjikan. Namun, ia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menghadapi kondisi makroekonomi dan daya beli masyarakat yang fluktuatif. “Target pertumbuhan double digit pada tahun 2026 cukup realistis, tetapi pencapaiannya akan sangat bergantung pada arah belanja modal (capex) dan kondisi ekonomi secara keseluruhan,” jelasnya.

Terkait strategi IRRA yang berfokus pada penguatan rantai pasok dan investasi di bidang teknologi, Indy memberikan apresiasi positif. Menurutnya, langkah ini sangat penting untuk menopang pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Namun, ia mengingatkan agar perusahaan tetap menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan profitabilitas. “Strategi ini sangat bagus, tetapi perusahaan perlu terus memperhatikan arus kas dan pertumbuhan margin di masa mendatang,” katanya.

Dari sisi valuasi, saham IRRA saat ini diperdagangkan dengan price to earnings ratio (PER) sekitar 12 kali. Indy menilai bahwa angka ini relatif tinggi, terutama di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak. “Untuk saat ini, strategi terbaik adalah hold dengan target harga di kisaran Rp480 per saham,” pungkasnya.

Sementara itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menilai bahwa fundamental IRRA saat ini tergolong solid. Selama sembilan bulan pertama tahun 2025, pendapatan perusahaan tumbuh 73,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), dan laba bersih melonjak 122% yoy. Pertumbuhan ini didukung oleh efisiensi operasional dan ekspansi jaringan distribusi yang agresif. “IRRA relatif lebih agile dibandingkan emiten alat kesehatan lain yang cenderung padat modal,” ungkapnya.

Menurut Liza, pendorong utama kinerja IRRA berasal dari ekspansi jaringan distribusi yang luas, diversifikasi produk yang inovatif, serta efisiensi biaya dan perputaran stok yang optimal. Ia melihat prospek IRRA di tahun 2026 masih sangat positif, dengan potensi pertumbuhan dua digit yang signifikan. Namun, hal ini hanya bisa tercapai jika IRRA mampu menjaga kontrak yang baik dengan pemasok, mengendalikan persediaan secara efektif, dan memitigasi risiko fluktuasi kurs impor. “Langkah penguatan rantai pasok dan digitalisasi distribusi juga sangat tepat untuk menjaga margin dan arus kas jangka panjang perusahaan,” ujarnya.

Liza juga membandingkan kinerja IRRA dengan PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED), yang juga merupakan emiten di sektor alat kesehatan. IRRA berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang jauh lebih tinggi dibandingkan OMED, yang mencerminkan akselerasi yang kuat dari sisi distribusi dan efisiensi operasional. Namun, tantangan yang dihadapi IRRA adalah bagaimana mempertahankan pertumbuhan yang tinggi ini secara berkelanjutan, menghadapi persaingan yang semakin ketat, serta mengelola risiko impor dan valuta asing dengan baik.

Sementara itu, OMED membukukan pendapatan sekitar Rp1,47 triliun hingga kuartal III-2025, tumbuh 7,7% yoy, dan laba bersih naik sekitar 20% yoy dengan margin laba bersih di kisaran 17,4%. “OMED lebih moderat dalam pertumbuhannya, tetapi stabil dan ekspansi globalnya dilakukan secara bertahap dengan struktur keuangan yang sehat,” terang Liza.

Secara keseluruhan, Liza menilai bahwa IRRA unggul dalam hal akselerasi pertumbuhan, sementara OMED lebih kuat dari segi stabilitas bisnis. “Bagi investor yang mencari pertumbuhan cepat di industri alat kesehatan domestik, IRRA bisa menjadi pilihan yang lebih menarik, meskipun risikonya juga lebih tinggi. Sementara OMED lebih cocok untuk investor konservatif yang mengutamakan fondasi bisnis yang kokoh,” tutupnya.

Penjualan Emas Digital Diproyeksi Tembus 25 Juta Gram Hingga Akhir Tahun 2025

Ringkasan

PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) mencatatkan lonjakan kinerja keuangan pada kuartal III-2025, didorong oleh tingginya permintaan sektor kesehatan dan efisiensi operasional. Analis menyoroti pertumbuhan profitabilitas yang signifikan, meskipun margin profitabilitas masih tergolong tipis. Prospek bisnis distribusi alat kesehatan IRRA dinilai menjanjikan, namun kehati-hatian terhadap kondisi makroekonomi dan daya beli masyarakat tetap penting.

Analis merekomendasikan strategi *hold* untuk saham IRRA dengan target harga di kisaran Rp480 per saham, mengingat PER yang relatif tinggi. Kinerja IRRA dinilai lebih *agile* dibandingkan emiten alat kesehatan lain dan unggul dalam akselerasi pertumbuhan dibandingkan kompetitor seperti OMED yang lebih stabil. Penguatan rantai pasok dan digitalisasi distribusi menjadi kunci menjaga margin dan arus kas jangka panjang.

Sponsored

Also Read

Tags