BANYU POS – NEW YORK. Wall Street berdarah-darah! Indeks S&P mencatat penurunan persentase harian terparah dalam lebih dari dua bulan terakhir. Pemicunya? Kombinasi mematikan antara tarif baru yang digelontorkan Amerika Serikat (AS) kepada mitra dagangnya dan laporan ketenagakerjaan yang mengejutkan banyak pihak karena lemahnya. Aksi jual pun tak terhindarkan.
Pada Jumat (1/8), Dow Jones Industrial Average terjun bebas, ditutup melemah 542,40 poin atau 1,23% ke level 43.588,58. S&P 500 tak kalah ngeri, anjlok 101,38 poin atau 1,60% ke 6.238,01. Nasdaq Composite bahkan lebih parah, ambles 472,32 poin atau 2,24% ke 20.650,13.
Penurunan ini mencatatkan rekor tersendiri. S&P 500 mengalami penurunan persentase harian terbesar sejak 21 Mei, sementara Nasdaq mencatatkan penurunan persentase harian terburuk sejak 21 April.
Secara keseluruhan, dalam sepekan terakhir, indeks S&P 500 merosot 2,36%, Nasdaq melemah 2,17%, dan Dow Jones terpangkas 2,92%. Lalu, apa lagi yang membebani bursa saham AS?
Ternyata, koreksi tajam pada saham Amazon turut memperparah situasi. Saham raksasa e-commerce ini terkoreksi hingga 8,3% setelah merilis hasil kuartalan yang mengecewakan. Unit komputasi awan mereka, Amazon Web Services, gagal memenuhi ekspektasi yang sudah sangat tinggi.
Wall Street Anjlok, Dipicu Tarif Trump dan Kinerja Amazon yang Mengecewakan
Beberapa jam sebelum batas waktu penerapan tarif baru pada hari Jumat, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan bea masuk atas impor AS dari berbagai negara, termasuk Kanada, Brasil, India, dan Taiwan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang lebih menguntungkan bagi AS.
Di sisi lain, data pertumbuhan lapangan kerja AS menunjukkan perlambatan yang lebih signifikan dari perkiraan pada bulan Juli. Lebih buruk lagi, laporan bulan sebelumnya direvisi turun tajam, menimbulkan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja AS mungkin mulai goyah.
Namun, ada secercah harapan dari data ini. Laporan ketenagakerjaan yang lemah secara signifikan meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan September.
“Laporan ini tidak bisa dianggap remeh. Revisi turun yang signifikan pada bulan-bulan sebelumnya menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja berada dalam kondisi stagnan,” ujar Brian Jacobsen, Kepala Ekonom di Annex Wealth Management, Wisconsin.
Jacobsen menambahkan, “Tahun lalu, The Fed melakukan kesalahan dengan tidak memangkas suku bunga pada bulan Juli, sehingga mereka melakukan pemangkasan suku bunga untuk mengejar ketertinggalan pada pertemuan berikutnya. Mereka kemungkinan harus melakukan hal yang sama tahun ini.”
Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed setidaknya 25 basis poin pada pertemuan bulan September melonjak menjadi 86,5%, menurut FedWatch Tool CME, naik drastis dari 37,7% pada sesi sebelumnya.
Asing Net Sell Saat IHSG Menguat, Cek Saham yang Banyak Dijual Asing di Akhir Pekan
Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai “pengukur ketakutan” Wall Street, melonjak 3,66 poin ke level 20,38, penutupan tertinggi sejak 20 Juni. Hal ini mengindikasikan meningkatnya kekhawatiran di kalangan investor.
Amazon menjadi pemberat utama bagi Dow, S&P 500, dan Nasdaq. Saham ini juga menyeret indeks konsumen diskresioner turun hampir 3,6%, menjadikannya sektor dengan kinerja terburuk dari 11 sektor utama S&P 500.
Apple, yang juga baru-baru ini melaporkan pendapatan, mengalami koreksi 2,5% meskipun membukukan proyeksi pendapatan kuartal berjalan jauh di atas estimasi Wall Street. CEO Apple, Tim Cook, memperingatkan bahwa tarif AS akan menambah biaya sebesar $1,1 miliar selama periode tersebut.
Kepanikan di pasar saham semakin menjadi-jadi setelah Trump dikabarkan memerintahkan pemecatan komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja AS, Erika L. McEntarfer, menyusul rilis data ketenagakerjaan yang mengecewakan.
“Trump tampaknya tidak kecewa dengan lima laporan pekerjaan terakhir,” kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth, Boston. Ia menambahkan bahwa pemecatan tersebut tampak tidak teratur. “Saya pikir ini jelas sesuatu yang terjadi di negara-negara diktator, bukan di negara-negara demokrasi.”
Kabar lain datang dari The Federal Reserve. Gubernur Adriana Kugler mengundurkan diri lebih awal dari masa jabatannya dan akan meninggalkan bank sentral pada 8 Agustus. Hal ini membuka peluang bagi Presiden Donald Trump untuk memilih gubernur baru, di tengah tekanan yang ia tingkatkan terhadap Ketua Jerome Powell untuk segera memangkas suku bunga.
Ringkasan
Wall Street mengalami penurunan signifikan dengan indeks S&P 500 mencatat penurunan persentase harian terburuk dalam lebih dari dua bulan terakhir. Pemicunya adalah kombinasi tarif baru AS dan laporan ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham. Penurunan ini juga dipicu oleh koreksi tajam pada saham Amazon setelah rilis hasil kuartalan yang mengecewakan.
Selain tarif baru yang diberlakukan oleh Presiden Trump, data pertumbuhan lapangan kerja AS yang melambat juga membebani sentimen pasar. Kondisi ini meningkatkan ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan bulan September. Ketidakpastian pasar tercermin dari melonjaknya Indeks Volatilitas CBOE, serta adanya kabar bahwa Trump memerintahkan pemecatan komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja AS.