BANYU POS – JAKARTA. Meski kinerja di semester I-2025 menunjukkan penurunan, PT Indosat Tbk (ISAT) tetap optimis dan diproyeksikan mampu mencetak peningkatan laba hingga akhir tahun. Data menunjukkan, pendapatan ISAT pada paruh pertama tahun ini mencapai Rp 27,11 triliun, sedikit menyusut 3,10% secara *year on year* (YoY).
Akibat penurunan pendapatan ini, laba bersih ISAT pun terkoreksi 14,6% menjadi Rp 2,33 triliun pada semester I-2025.
Analis KB Valbury Sekuritas, Steven Gunawan, menyoroti bahwa penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh menyusutnya pendapatan dari segmen data, yang turun hingga 5,5% menjadi Rp 20,9 triliun di semester pertama tahun ini.
Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya jumlah pelanggan ISAT sebesar 5,5% menjadi 95,4 juta pelanggan pada periode yang sama.
“Persaingan yang semakin ketat dan monetisasi yang belum optimal di segmen *Fixed Broadband* (FBB) menjadi penyebab utama penurunan jumlah pelanggan ini,” jelas Steven dalam risetnya yang dirilis pada 1 Agustus 2025.
Pendapatan Turun, Indosat (ISAT) Raup Laba Rp 2,51 Triliun pada Semester I-2025
Namun, ada harapan baru. Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo, dalam risetnya yang terbit 30 Juli 2025, mengungkapkan bahwa ISAT telah mengambil langkah strategis dengan menaikkan harga paket perdana menjadi Rp 35.000. Dampak positif dari kebijakan ini diharapkan mulai terasa pada kuartal III-2025.
Selain itu, ISAT juga menaikkan harga paket perpanjangan bulanan tingkat pemula sebesar 10% dan mengurangi diskon. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendorong peningkatan *average revenue per user* (ARPU) ISAT.
Untuk mendongkrak kinerja di semester kedua, ISAT juga telah menunjuk dua pihak untuk melaksanakan rencana monetisasi aset fibernya.
Monetisasi aset fiber yang sukses diharapkan dapat membuka nilai investasi dan mendukung pertumbuhan *broadband* fiber yang berkelanjutan, mengingat penetrasinya yang masih rendah di Indonesia.
Equity Research Analyst OCBC Sekuritas, Gani, menambahkan bahwa sentimen yang akan mempengaruhi kinerja ISAT di semester kedua meliputi tingkat persaingan di industri telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal II mencapai 5,12%, perkembangan makro ekonomi di kuartal III dan IV tetap perlu diwaspadai, termasuk sentimen terkait suku bunga.
ISAT Chart by TradingView
“Kondisi makro ekonomi mungkin masih menunjukkan tantangan,” ungkap Gani kepada Kontan, Selasa (5/8).
Lebih lanjut, Gani menyoroti sentimen lain yang perlu diperhatikan, yaitu alokasi spektrum baru.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kominfo) telah resmi membuka lelang seleksi pengguna pita frekuensi radio 1,4 GHz untuk layanan akses nirkabel pita lebar (*Broadband Wireless Access*), yang bertujuan memperluas jangkauan internet tetap dan mendukung pemerataan transformasi digital.
Kominfo menetapkan pita frekuensi selebar 80 MHz (1432–1512 MHz) di 3 (tiga) regional sebagai objek seleksi.
Pemanfaatan pita frekuensi ini diharapkan memberikan fleksibilitas bagi operator dalam menyediakan layanan akses internet berbasis jaringan pita lebar yang berkualitas.
Henry meyakini bahwa pertumbuhan pendapatan seluler yang sehat akan menghasilkan pertumbuhan laba yang kuat, didukung oleh *leverage* operasional ISAT yang tinggi. Reflasi ARPU juga akan mendorong ekspansi ROIC (*return on invested capital*), yang umumnya berkorelasi dengan kelipatan valuasi.
KB Valbury Sekuritas memproyeksikan laba bersih ISAT akan tumbuh 4,1% menjadi Rp 5,1 triliun di tahun ini, dengan marjin bersih yang sedikit membaik menjadi 8,9% dari 8,8% pada tahun 2024.
Indosat (ISAT), Kominfo, NVIDIA, dan Cisco Bangun Pusat Pengembangan & Pelatihan AI
Sementara itu, pendapatan ISAT untuk tahun 2025 diproyeksikan mencapai Rp 57,3 triliun, yang mengindikasikan pertumbuhan 2,6% YoY, sejalan dengan target manajemen.
Steven merekomendasikan beli saham ISAT dengan target harga Rp 2.500 per saham.
Senada dengan Steven, Henry juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 2.830 per saham. Tak ketinggalan, Gani pun merekomendasikan beli dengan target harga Rp 2.500 per saham.
Ringkasan
Pada semester I-2025, PT Indosat Tbk (ISAT) mengalami penurunan pendapatan sebesar 3,10% YoY menjadi Rp 27,11 triliun, yang mengakibatkan koreksi laba bersih sebesar 14,6% menjadi Rp 2,33 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh menyusutnya pendapatan dari segmen data dan berkurangnya jumlah pelanggan. Namun, ISAT optimis dengan langkah strategis menaikkan harga paket perdana dan perpanjangan bulanan, yang diharapkan berdampak positif pada kuartal III-2025 dan meningkatkan ARPU.
Analis merekomendasikan beli saham ISAT, dengan target harga bervariasi antara Rp 2.500 hingga Rp 2.830 per saham. Pertumbuhan laba diharapkan didorong oleh pertumbuhan pendapatan seluler dan leverage operasional ISAT. Selain itu, monetisasi aset fiber dan alokasi spektrum baru menjadi sentimen positif, meskipun kondisi makro ekonomi dan persaingan di industri telekomunikasi tetap menjadi perhatian.