BANYU POS JAKARTA. Kinerja PT Aspirasi Hidup Indonesia (ACES) menunjukkan dinamika yang menarik di semester I-2025. Meskipun pendapatan perusahaan mengalami peningkatan, laba bersih justru mengalami penurunan, mengindikasikan adanya tantangan di tengah kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
Pada kuartal II-2025, ACES mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,1 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan tipis sebesar 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ) dan penurunan 2,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Secara kumulatif, pendapatan ACES di semester I-2025 mencapai Rp 4,3 triliun, menandai kenaikan sebesar 3,2% YoY.
Dari sisi profitabilitas, laba bersih ACES pada kuartal II-2025 tercatat sebesar Rp 151,3 miliar. Meskipun mengalami kenaikan 6,8% QoQ, angka ini menunjukkan penurunan sebesar 6% YoY. Akibatnya, total laba bersih ACES di semester I-2025 mencapai Rp 292,9 miliar, atau turun 19,9% YoY. Penurunan laba bersih ini menjadi sorotan utama dalam laporan kinerja ACES.
Analis Bahana Sekuritas, Laras Nadira, dalam risetnya yang dipublikasikan pada 18 Agustus 2025, menyoroti bahwa kinerja ACES yang kurang optimal ini disebabkan oleh kebutuhan perusahaan untuk terus berinvestasi dalam belanja iklan yang signifikan. Tujuannya adalah untuk menarik kembali minat konsumen di tengah persaingan yang ketat.
Daya Beli Tekan Kinerja Aspirasi Hidup (ACES), Cek Rekomendasi Sahamnya
“Perusahaan masih menghadapi situasi yang menantang akibat lemahnya daya beli masyarakat,” ungkap Laras dalam risetnya. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa faktor eksternal, khususnya kondisi ekonomi makro, turut memengaruhi kinerja ACES.
Manajemen ACES sendiri mengklaim bahwa *brand awareness* terhadap merek AZKO, yang diluncurkan pada Januari 2025, telah mengalami peningkatan. Namun, peningkatan *awareness* ini belum sepenuhnya mampu dikonversi menjadi penjualan yang signifikan.
Laras menambahkan bahwa tekanan ekonomi yang ada membatasi kemampuan ACES untuk memaksimalkan potensi dari meningkatnya *brand awareness* tersebut di paruh pertama tahun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemasaran yang dilakukan perusahaan belum sepenuhnya efektif dalam mendorong penjualan.
Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, juga menyoroti lesunya penjualan ACES. Hal ini tercermin dari *same store sales growth* (SSSG) perusahaan yang terkoreksi 2,9% per Juli 2025.
“Hal ini menjadi faktor pemberat utama untuk kinerja ACES di semester I-2025,” jelas Harry kepada Kontan pada Selasa (9/9/2025). Penurunan SSSG ini mengindikasikan bahwa penjualan di gerai-gerai yang sudah ada juga mengalami penurunan.
Secara rinci, SSSG pada bulan Juli sendiri turun sebesar 2,7%. Jakarta menjadi wilayah dengan penurunan terlemah, terkoreksi 4,2% *year-to-date* (ytd), diikuti oleh Jawa (tidak termasuk Jakarta) yang turun 3,9%, sementara SSSG di luar Jawa turun 0,9%.
Meskipun demikian, ACES tetap mempertahankan panduan kinerja sepanjang tahun 2025, dengan harapan kuartal IV-2025 akan menjadi pendorong utama pertumbuhan, didorong oleh faktor musiman.
Namun, Laras memperkirakan bahwa kinerja penjualan ACES pada kuartal III-2025 berpotensi kembali melemah. Hal ini disebabkan oleh basis perbandingan yang tinggi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang dipicu oleh periode *Boom Sales* di Juli–Agustus 2024.
Seiring dengan proyeksi tersebut, untuk semester II-2025, Laras melihat bahwa ACES tidak lagi fokus pada pemberian diskon besar-besaran. Sepanjang tahun, perusahaan telah melakukan diskon secara bertahap, menyesuaikan dengan kondisi pasar yang ada.
“Pendekatan ini menunjukkan bahwa ACES berfokus untuk menjaga margin, sembari mengelola pertumbuhan penjualan di tengah tantangan yang ada,” imbuhnya. Strategi ini mengindikasikan perubahan fokus perusahaan dalam menghadapi dinamika pasar.
Ke depan, Laras memprediksi bahwa kinerja ACES masih akan menghadapi tekanan seiring dengan kembalinya merek Ace Hardware di bawah naungan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). “Hal ini dapat menambah tekanan jangka menengah bagi perseroan,” lanjutnya. Persaingan yang semakin ketat di pasar ritel menjadi perhatian utama.
Di sisi lain, Harry menilai bahwa saham ACES masih menarik untuk dipertimbangkan karena valuasinya yang tergolong murah.
“ACES saat ini diperdagangkan pada *forward* PE (*price to earnings ratio*) 8,8 kali untuk 2025, di bawah -1 standar deviasi dari rata-rata PE lima tahun terakhir,” jelasnya. Valuasi yang rendah ini bisa menjadi daya tarik bagi investor yang mencari peluang investasi jangka panjang.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, Harry merekomendasikan untuk membeli saham ACES dengan target harga Rp 680 per saham. Sementara itu, Laras merekomendasikan untuk menahan (hold) saham ACES dengan target harga Rp 500 per saham. Rekomendasi yang berbeda ini mencerminkan perspektif yang berbeda pula terhadap prospek ACES di masa depan.
Ringkasan
Kinerja PT Aspirasi Hidup Indonesia (ACES) di semester I-2025 menunjukkan peningkatan pendapatan sebesar 3,2% YoY menjadi Rp 4,3 triliun, namun laba bersih mengalami penurunan 19,9% YoY menjadi Rp 292,9 miliar. Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh investasi dalam belanja iklan yang signifikan dan lemahnya daya beli masyarakat yang menekan penjualan, tercermin dari koreksi same store sales growth (SSSG) sebesar 2,9% per Juli 2025.
Analis merekomendasikan strategi yang berbeda terkait saham ACES. Samuel Sekuritas Indonesia merekomendasikan “beli” dengan target harga Rp 680 per saham karena valuasinya yang dianggap murah. Sementara itu, Bahana Sekuritas merekomendasikan “tahan” dengan target harga Rp 500 per saham, dengan pertimbangan tekanan yang mungkin timbul dari kembalinya merek Ace Hardware di bawah naungan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan proyeksi penjualan kuartal III-2025 yang berpotensi melemah.