BANYU POS, JAKARTA – Setelah menunjukkan kinerja yang cenderung stabil di penghujung tahun lalu, mata uang-mata uang utama dunia kini justru berbalik arah dan menunjukkan tren penguatan yang signifikan sepanjang tahun 2025.
Jika sepanjang tahun 2024 lalu beberapa pasangan mata uang (pairing) justru mengalami pelemahan terhadap Rupiah, kini situasinya jauh berbeda. Sebagai gambaran, pasangan mata uang CHF/IDR (Franc Swiss terhadap Rupiah) tercatat minus 4,80% di tahun 2024. CAD/IDR (Dolar Kanada terhadap Rupiah) juga turun 4,20%, AUD/IDR (Dolar Australia terhadap Rupiah) terkoreksi 2,90%, JPY/IDR (Yen Jepang terhadap Rupiah) melemah 3,80%, dan EUR/IDR (Euro terhadap Rupiah) minus 0,90%.
Namun, memasuki tahun 2025, tepatnya hingga September, kinerja mata uang asing (valas) secara serentak menunjukkan penguatan. Pasangan mata uang CHF/IDR memimpin dengan imbal hasil (return) sebesar 16,95% secara year-to-date (ytd). Diikuti oleh EUR/IDR dengan imbal hasil 15,60% ytd, GBP/IDR (Pound Sterling terhadap Rupiah) dengan return 10,71% ytd, AUD/IDR dengan return 8,59% ytd, SGD/IDR (Dolar Singapura terhadap Rupiah) dengan return 7,41% ytd, dan JPY/IDR dengan return 6,88% ytd.
Ini Valas Pilihan Investor di Tengah Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Lukman Leong, seorang analis mata uang dan komoditas dari Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa kinerja positif mata uang-mata uang utama dunia ini terjadi seiring dengan melemahnya indeks Dolar Amerika Serikat (AS) sekitar 10% sepanjang tahun 2025.
“Maka, jelas bahwa mata uang utama dunia menguat sangat besar tahun ini,” ungkapnya kepada Kontan, Rabu (1/10/2025).
Lebih lanjut, Lukman mengamati bahwa pelemahan Dolar AS tahun ini terutama dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap dampak tarif (bea masuk) terhadap perekonomian AS. Selain itu, pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed) juga turut menjadi pendorong pelemahan Dolar.
Selain penguatan mata uang global, Rupiah sendiri sempat menunjukkan tren positif ketika Dolar AS mulai melemah pada bulan April.
“Namun, beberapa perkembangan di Indonesia yang kurang mendukung, berbalik menekan Rupiah,” imbuh Lukman.
Menurutnya, serangkaian pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan Mei, Juli, Agustus, dan September, ditambah dengan kebijakan ekonomi ekspansioner pemerintah melalui berbagai stimulus, turut memberikan tekanan pada nilai tukar Rupiah.
Rupiah Terus Tertekan, Ini Pilihan Investasi Valas yang Bisa Dilirik Investor
Lukman memprediksi bahwa indeks Dolar masih berpotensi melemah hingga akhir tahun, diperkirakan akan berada di kisaran 94. Oleh karena itu, mata uang dunia masih akan cenderung lebih kuat terhadap Dolar AS.
Ia memperkirakan bahwa dampak tarif AS masih akan menjadi faktor pendorong penguatan mata uang asing hingga akhir tahun.
Dari berbagai pilihan valas, Lukman menilai bahwa Yen Jepang (JPY) masih menjadi pilihan yang menarik. Terlebih lagi, prospek kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ) masih cukup kuat.
“Dengan status safe haven yang akan didukung pelemahan ekonomi, USD/JPY diperkirakan paling tidak bisa kembali ke 140,” pungkasnya.
Ringkasan
Pada tahun 2025, mata uang-mata uang utama dunia menunjukkan penguatan signifikan terhadap Rupiah, berbanding terbalik dengan tahun 2024 yang cenderung stabil bahkan mengalami pelemahan. Penguatan ini dipicu oleh melemahnya indeks Dolar AS sebesar 10% akibat kekhawatiran pasar terhadap dampak tarif dan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Meskipun Rupiah sempat menguat saat Dolar AS melemah di bulan April, serangkaian pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia dan kebijakan ekonomi ekspansioner pemerintah kembali menekan nilai tukar Rupiah. Analis merekomendasikan Yen Jepang sebagai pilihan investasi yang menarik karena prospek kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan dan status safe haven-nya.