Sponsored

Prospek Cerah: Peluang Investasi Saham Pengelolaan Sampah TOBA, OASA, MHKI

Hikma Lia

BANYU POS JAKARTA. Sektor pengolahan sampah kini tengah menjadi primadona di kalangan investor. Sejumlah sentimen positif yang menghampiri industri ini menjadi angin segar bagi emiten-emiten yang bergerak di dalamnya.

Sponsored

Salah satu sentimen utama adalah rencana pemerintah untuk mempercepat implementasi program waste to energy (WtE). Targetnya, aturan baru terkait hal ini akan tertuang dalam revisi Peraturan Presiden (Perpres) No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), dan diharapkan terbit dalam waktu dekat.

Selain itu, pemerintah juga tengah mematangkan penerbitan Patriot Bond, sebuah instrumen pembiayaan yang akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek strategis nasional, termasuk program WtE. Antusiasme terhadap Patriot Bond terbilang tinggi, terbukti dengan permintaan yang mencapai Rp 51,8 triliun, didukung oleh partisipasi sejumlah konglomerat dalam negeri.

Sentimen-sentimen positif ini berdampak signifikan terhadap pergerakan harga saham emiten pengelola sampah. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), misalnya, mencatatkan lonjakan harga saham yang fantastis, mencapai 261,81% year to date (ytd) sejak awal tahun, hingga menyentuh level Rp 1.440 per saham pada Selasa (7/10).

Maharaksa Biru Energi (OASA) Siap Menggarap Proyek Pengelolaan Sampah Jadi Energi

Tak hanya TOBA, saham PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) juga mengalami kenaikan signifikan, melesat 115,60% ytd ke level Rp 304 per saham. Begitu pula dengan PT Multi Hanna Kreasindo Tbk (MHKI), yang harga sahamnya melonjak 152,63% ytd ke level Rp 240 per saham.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, berpendapat bahwa kenaikan tajam harga saham TOBA, OASA, dan MHKI erat kaitannya dengan sentimen positif terkait kesiapan emiten-emiten tersebut untuk berpartisipasi dalam proyek pengolahan sampah menjadi energi, yang saat ini menjadi fokus utama pemerintah.

Dukungan pendanaan melalui instrumen Patriot Bond menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani isu sampah. Revisi Perpres terkait pengelolaan sampah menjadi energi listrik juga sangat dinantikan oleh pelaku usaha untuk mempercepat realisasi proyek di sektor ini.

“Persoalan sampah saat ini sudah dalam kondisi darurat,” tegas Nafan pada Selasa (7/10/2025).

Senada dengan Nafan, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai bahwa rencana revisi Perpres 35/2018 serta peluncuran Patriot Bond sebagai sumber pembiayaan proyek WtE merupakan sentimen positif yang sangat potensial bagi emiten-emiten yang telah berkecimpung di sektor pengelolaan sampah.

Regulasi yang lebih progresif dan sumber pendanaan yang lebih jelas akan mengurangi risiko proyek, mempercepat realisasi ekspansi, serta membuka akses pembiayaan yang lebih terjangkau, yang selama ini sering menjadi kendala utama.

Menurut Ekky, bisnis pengolahan sampah di Indonesia kini semakin menarik, baik dari sisi urgensi lingkungan maupun potensi ekonomi. Dengan skema WtE, sampah dapat diubah menjadi sumber energi yang berkelanjutan.

TOBA dan MHKI, misalnya, sudah mulai membukukan pendapatan dari proyek WtE. Sementara itu, OASA tengah menjajaki kemitraan strategis dengan investor asing untuk mengembangkan bisnisnya di sektor ini.

“Ke depannya, bukan tidak mungkin akan muncul emiten baru yang masuk ke sektor ini, baik dari sektor energi, properti, maupun logistik yang ingin melakukan diversifikasi bisnis,” ungkapnya pada Selasa (7/10/2025).

Maharaksa Biru (OASA) Perluas Bisnis Waste to Energy di Indonesia

Kendati demikian, tantangan utama di sektor pengelolaan sampah tetap besar. Kebutuhan modal awal atau capital expenditure (capex) yang tinggi, proses perizinan lingkungan dan tata ruang yang kompleks, serta ketersediaan teknologi pengelolaan sampah mutakhir yang masih terbatas di Indonesia menjadi beberapa di antaranya.

Selain itu, sektor ini juga membutuhkan kolaborasi erat dengan pemerintah daerah dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai offtaker. Oleh karena itu, keberhasilan bisnis pengelolaan sampah tidak hanya ditentukan oleh kekuatan finansial emiten, tetapi juga oleh kemampuan eksekusi dan relasi strategis yang dimiliki.

Saat ini, Nafan belum memberikan rekomendasi khusus terhadap saham-saham di sektor pengelolaan sampah seperti TOBA, OASA, dan MHKI.

Di sisi lain, Ekky menilai bahwa valuasi saham TOBA, OASA, dan MHKI relatif sudah mulai mahal dalam jangka panjang, terutama bagi OASA dan MHKI yang kapitalisasi pasarnya relatif kecil dan lebih rentan terhadap sentimen.

“TOBA cukup menarik untuk jangka menengah dan panjang karena sudah memiliki proyek eksisting dan kontribusi dari sektor WtE mulai terlihat,” imbuhnya.

Ekky menyarankan investor untuk mengakumulasi beli saham TOBA. Menurutnya, jika harganya mampu bertahan di atas Rp 1.300 per saham, maka saham TOBA masih berpeluang menuju area Rp 1.500—Rp 1.600 per saham dalam jangka pendek dan bahkan mencapai level Rp 2.000 per saham sebagai target psikologis untuk jangka menengah.

Garap Proyek Pengolahan Sampah, Maharaksa Biru (OASA) Akan Gelar Private Placement

Ringkasan

Sektor pengolahan sampah menjadi daya tarik investasi dengan dukungan pemerintah melalui program waste to energy (WtE) dan penerbitan Patriot Bond. Hal ini berdampak positif pada saham emiten pengelola sampah seperti TOBA, OASA, dan MHKI yang mengalami kenaikan signifikan. Analis menilai bahwa kesiapan emiten dalam proyek WtE serta dukungan pendanaan pemerintah menjadi faktor kunci.

Meskipun demikian, bisnis ini memiliki tantangan seperti modal awal yang tinggi, perizinan yang kompleks, dan keterbatasan teknologi. Kolaborasi dengan pemerintah daerah dan PLN juga krusial. Analis menyarankan akumulasi beli saham TOBA, namun memperingatkan valuasi OASA dan MHKI yang relatif mahal dalam jangka panjang.

Sponsored

Also Read

Tags