Rupiah Menguat? Dolar AS Tertekan Isu Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Hikma Lia

BANYU POS – JAKARTA. Indeks dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan tren pelemahan. Sentimen pasar yang semakin kuat memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) menjadi pendorong utama tren ini.

Sponsored

Mengutip data dari Trading Economics pada hari Rabu (3 Desember 2025) pukul 20.11 WIB, indeks dolar (DXY) tercatat melemah sebesar 0,44% ke level 98,923 secara harian. Bahkan, dalam sebulan terakhir, pelemahan indeks dolar telah mencapai 1,28%.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Permata Bank, menjelaskan bahwa pelemahan dolar sebenarnya sudah berlangsung secara konsisten sejak awal tahun. Perubahan persepsi pasar terhadap kebijakan suku bunga AS menjadi penyebab utama tren ini.

“Suku bunga acuan The Fed saat ini berada di kisaran 3,75–4,00% setelah serangkaian penurunan yang dilakukan pada bulan September, Oktober, dan November 2025,” jelas Josua kepada Kontan, Rabu (3 Desember 2025).

Sponsored

Lebih lanjut, Josua menambahkan bahwa pasar masih mengantisipasi pemangkasan suku bunga tambahan sebesar 75–100 basis poin hingga akhir tahun 2026. Pemangkasan ini akan semakin mempersempit keunggulan imbal hasil dolar, sehingga tekanan pelemahan terhadap mata uang tersebut diperkirakan akan terus berlanjut secara bertahap. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa pelemahan dolar tidak akan terjadi secara linier. Dolar AS masih akan berfungsi sebagai aset aman (safe haven) ketika terjadi gejolak global.

OJK Ungkap Langkah Membereskan Saham Gorengan, Fokus Free Float hingga Penindakan

Di sisi lain, rupiah diperkirakan akan turut merasakan dampak positif dari pelemahan dolar ini, meskipun ruang penguatannya diperkirakan terbatas. Josua menilai bahwa kebijakan ekspansif yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan sentimen investasi. Namun, kebijakan ini juga berpotensi menimbulkan kekhawatiran terkait kondisi fiskal dan pelebaran defisit jika tidak dikelola dengan hati-hati.

Ke depan, Josua menegaskan bahwa faktor eksternal seperti arah kebijakan suku bunga AS dan data inflasi akan tetap menjadi penentu utama pergerakan nilai tukar rupiah. Selain itu, risiko perang dagang dan perlambatan ekonomi Tiongkok juga perlu diwaspadai. Sementara dari dalam negeri, pergerakan kurs rupiah akan sangat bergantung pada persepsi pasar terhadap kombinasi kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan, serta stabilitas politik.

Untuk kuartal I-2026, Josua memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak terbatas dengan kecenderungan menguat secara bertahap.

“Proyeksi yang wajar untuk kuartal I 2026 adalah rupiah akan bergerak di rentang sekitar Rp 16.300–Rp 16.700 per dolar AS, dengan rata-rata di sekitar Rp 16.500,” pungkasnya.

Ringkasan

Indeks dolar AS mengalami pelemahan akibat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa pelemahan dolar telah berlangsung sejak awal tahun dan diperkirakan akan terus berlanjut secara bertahap, meskipun tidak secara linier karena dolar masih berfungsi sebagai safe haven.

Rupiah diperkirakan akan mendapat dampak positif dari pelemahan dolar, meskipun penguatannya terbatas. Josua memproyeksikan rupiah pada kuartal I-2026 akan bergerak di rentang Rp 16.300 – Rp 16.700 per dolar AS, dengan rata-rata sekitar Rp 16.500. Faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga AS dan data inflasi, serta risiko perang dagang dan perlambatan ekonomi Tiongkok, akan menjadi penentu utama pergerakan rupiah.

Sponsored

Also Read

Tags