
Memasuki tahun 2026, prospek pasar saham Indonesia tampak cerah, menjanjikan potensi keuntungan signifikan, khususnya bagi para dividend hunter atau investor yang mengincar imbal hasil stabil. Optimisme ini didasari oleh berbagai faktor fundamental dan proyeksi positif dari lembaga riset terkemuka.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia, melalui Senior Research Analyst Muhammad Farras Farhan, menegaskan proyeksi positif untuk kinerja pasar saham nasional pada 2026. Bahkan, Mirae Asset menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus level 10.500. Prospek cemerlang ini ditopang oleh ekspektasi stabilitas ekonomi makro dan perbaikan fundamental emiten. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3% pada tahun 2026 menjadi landasan kuat optimisme tersebut.
Lebih lanjut, pendorong utama lainnya adalah kelanjutan kebijakan moneter yang cenderung longgar dari bank sentral global, khususnya The Fed. Farras memperkirakan Fed Fund Rate (FFR) berpotensi turun minimal dua kali lagi pada 2026, memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk merelaksasi suku bunga acuannya. Kondisi ini, ditambah proyeksi pertumbuhan kredit hingga 10% pada 2026, diyakini akan menjadi katalis kuat bagi pergerakan saham di sektor perbankan.
Menariknya, di tengah proyeksi pasar yang bullish, Farras juga menyoroti sejumlah saham unggulan yang patut dicermati, khususnya oleh para dividend hunter. “Kami masih sangat tertarik pada saham-saham di sektor batu bara dan perbankan terkait dividen,” ungkap Farras dalam acara Media Day: Desember 2025 – Outlook 2026: Momentum, Growth, and Opportunity, pada Kamis (4/12/2025).
Alasan ketertarikan pada sektor batu bara adalah karena sebagian besar emiten di sektor ini telah melewati fase belanja modal (capital expenditure/capex) besar untuk ekspansi. “Jadi, mereka kini lebih berfokus pada pembayaran dividen,” jelasnya. Mirae Asset merekomendasikan agar investor mempertimbangkan saham batu bara karena potensi dividend yield yang tinggi. Misalnya, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) diproyeksikan menawarkan dividend yield sebesar 8,5% dengan asumsi rasio pembayaran dividen 50% dari laba bersihnya. “AADI menjadi pilihan yang cukup menarik, mengingat harga sahamnya belum bergerak terlalu agresif dan sangat cocok bagi investor yang mencari dividen,” tambah Farras. Selain AADI, beberapa emiten batu bara lain yang menjanjikan dividend yield menarik adalah PT United Tractors Tbk. (UNTR) sebesar 7,5%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) sebesar 10,8%, dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) sebesar 8,1%.
Meskipun demikian, gambaran berbeda terlihat pada kinerja Indeks High Dividend 20 (IDX High Dividend 20) yang berisi saham-saham dengan rekam jejak tebaran dividen konsisten. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks ini menunjukkan performa yang kurang menggigit dibandingkan indeks utama lainnya. Sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) 2025, IDX High Dividend 20 hanya menguat tipis 0,27%, sangat kontras dengan penguatan IHSG yang melesat 21,93% ytd.
Beberapa saham berkapitalisasi besar yang menjadi konstituen IDX High Dividend 20 bahkan mencatatkan kinerja negatif. Misalnya, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) merosot 14,21% ytd, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 10,54% ytd, dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) terkoreksi 14,04% ytd. Dari sektor pertambangan, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) turun 25,31% ytd dan ITMG anjlok 17,6% ytd.
Namun, di balik lesunya performa IDX High Dividend 20, para analis tetap melihat prospek cerah bagi emiten pembagi dividen. Sejumlah indikator makroekonomi fundamental diyakini akan menopang kinerja keuangan perusahaan-perusahaan ini.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi misalnya, menyatakan optimisme pasar didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan kembalinya PMI Manufaktur ke zona ekspansi. Selain itu, potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed dan BI diprediksi akan menjadi katalis kuat, meningkatkan selera investor terhadap aset berisiko. Dari perspektif fundamental, Imam Gunadi melihat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) memiliki potensi pertumbuhan dividen per saham (DPS) yang menarik, seiring dengan kenaikan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Ia juga merekomendasikan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), yang prospeknya didukung peningkatan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), pemulihan harga unggas, serta realisasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Senada, Head of Research PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa kinerja IDX High Dividend 20 yang kurang agresif tahun ini disebabkan kekhawatiran investor akan penurunan dividend per share. “Namun, tema dividen tetap sangat menarik,” ujarnya kepada Bisnis. Liza memproyeksikan penguatan IDX High Dividend 20 di masa depan, terutama didorong oleh penurunan suku bunga acuan BI, yang akan memicu kenaikan saham-saham bank berkapitalisasi besar seperti BBCA dan BMRI sebagai penopang utama indeks.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.




