Rojali & Rohana Viral: Ini Kata BI Jakarta!

Hikma Lia

BANYU POS – JAKARTA – Fenomena “Rombongan Jarang Beli” (Rojali) dan “Rombongan Hanya Nanya” (Rohana) tengah ramai diperbincangkan, memicu pertanyaan tentang potensi penurunan daya beli masyarakat. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta angkat bicara mengenai isu ini, memberikan perspektif terhadap dampaknya di ibu kota. Benarkah fenomena ini mencerminkan kondisi ekonomi yang mengkhawatirkan?

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta, Iwan Setiawan, mengakui popularitas istilah ‘Rojali & Rohana’ di media sosial. Namun, ia menegaskan bahwa di Jakarta, fenomena ini tidak serta merta berdampak signifikan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Keyakinan ini didasari oleh daya beli masyarakat Jakarta yang dinilai cukup kuat dan resilien.

“Dari sisi purchasing power, Jakarta punya daya tahan atau resiliensi, masih cukup kuat,” ungkap Iwan saat ditemui di Jakarta, Jumat (8/8/2025). Pernyataan ini menyoroti kepercayaan BI terhadap stabilitas ekonomi Jakarta di tengah tren yang berkembang di masyarakat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta memperkuat pernyataan tersebut. Perekonomian Jakarta tercatat tumbuh sebesar 5,18% pada kuartal II/2025 (year on year/yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,12%. Selain itu, DKI Jakarta juga menjadi kontributor terbesar terhadap struktur perekonomian nasional pada kuartal II/2025, dengan sumbangan mencapai 16,61%. Angka-angka ini menunjukkan peran penting Jakarta dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih lanjut, sektor konsumsi rumah tangga di Jakarta tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi pada Kuartal II/2025. Menurut Iwan, konsumsi rumah tangga tumbuh kuat sebesar 5,13% (yoy). Meskipun mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,36% (yoy), angka ini tetap signifikan.

“Konsumsi masih di level lebih dari 5%, ini masih mendorong pertumbuhan karena pangsa konsumsi di Jakarta itu hampir 60%,” jelasnya. Kontribusi sektor konsumsi yang besar ini menjadi salah satu faktor kunci yang menjaga stabilitas ekonomi Jakarta.

Baca Juga: Rohana, Rojali, dan Pergeseran Tren Konsumsi Masyarakat RI

Sementara itu, konsumsi pemerintah pada kuartal II/2025 tumbuh 5,16% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 9,22% (yoy). Perlambatan ini seiring dengan normalisasi belanja pegawai dan belanja bansos setelah peningkatan pada Triwulan I-2025.

Di sisi lain, Iwan mengungkapkan bahwa hampir semua sektor utama lapangan usaha di Jakarta mencatatkan kinerja yang positif. Pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama didorong oleh lapangan usaha perdagangan yang tumbuh 5,91% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya (4,35% yoy). Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya aktivitas masyarakat, terutama pada periode libur anak sekolah, cuti bersama, dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Lapangan usaha informasi dan komunikasi juga mencatat pertumbuhan tinggi sebesar 5,65% (yoy). Hal ini didorong oleh tingginya penggunaan data dan internet, serta peningkatan jumlah penonton bioskop selama periode libur anak sekolah.

Selain itu, lapangan usaha konstruksi, jasa perusahaan, akomodasi dan makan minum, serta transportasi dan pergudangan juga masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Pertumbuhan ini didukung oleh tingginya aktivitas dan permintaan masyarakat pada periode libur anak sekolah, cuti bersama, serta perayaan HBKN seperti Paskah, Waisak, Idul Adha, dan Tahun Baru Islam.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta menanggapi fenomena “Rojali & Rohana” yang viral, menegaskan bahwa hal tersebut belum berdampak signifikan pada perekonomian Jakarta. Menurut BI, daya beli masyarakat Jakarta masih cukup kuat dan resilien, didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jakarta yang mencapai 5,18% pada kuartal II/2025, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi Jakarta didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat sebesar 5,13% (yoy) serta kinerja positif dari hampir semua sektor utama lapangan usaha. Sektor perdagangan dan informasi komunikasi mencatatkan pertumbuhan tinggi, didorong oleh aktivitas masyarakat selama libur sekolah dan hari besar keagamaan. Secara keseluruhan, BI optimis terhadap stabilitas ekonomi Jakarta.

Also Read