BANYU POS – Sebuah tonggak sejarah baru terukir di pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menorehkan rekor tertinggi sepanjang masa pada penutupan perdagangan Rabu, 17 September 2025. Melompat 67,48 poin atau 0,85%, IHSG parkir di level impresif 8.025,17. Kenaikan signifikan ini diiringi nilai transaksi harian yang mencapai Rp 18,27 triliun, mengerek kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga menembus angka fantastis Rp 14.545,58 triliun.
Katalis utama di balik euforia pasar ini adalah keputusan mengejutkan dari Bank Indonesia (BI). Secara tak terduga, BI memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin, dari 5% menjadi 4,75%. Langkah ini mematahkan proyeksi mayoritas analis yang sebelumnya memperkirakan suku bunga akan tetap stabil.
Respons pasar tak butuh waktu lama. Sektor keuangan, yang sensitif terhadap kebijakan moneter, langsung melonjak 0,83%. Kenaikan ini menjadi motor penggerak utama yang sukses mengerek IHSG melampaui level psikologis krusial 8.000, memicu optimisme investor.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, menyoroti keputusan BI ini sebagai langkah vital. Ia menjelaskan, “Pasar sebelumnya memperkirakan pemotongan baru akan dilakukan pada kuartal IV, namun ternyata Bank Indonesia bertindak lebih cepat dari perkiraan.”
Optimisme terhadap pasar modal Indonesia tampaknya masih akan berlanjut. Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, menyebut euforia ini juga ditopang oleh stimulus fiskal dan moneter yang digulirkan pemerintah. Valdy bahkan memproyeksikan, IHSG berpeluang besar untuk bertahan di atas 8.000 dan bahkan berpotensi menembus 8.500 hingga akhir tahun 2025.
Senada, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai keputusan BI bersama dengan 17 paket stimulus ekonomi pemerintah telah memperkuat daya tahan ekonomi domestik. Nafan menambahkan, “Performa positif ini diperkirakan akan berlanjut pada periode Oktober hingga Desember, sejalan dengan tren historis lima tahun terakhir.”
Secara teknikal, Nafan Aji Gusta memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan akan menguji level resistance di 8.152. Sementara itu, level support utama berada di 7.868, dengan support berikutnya di 7.786 jika terjadi koreksi.
Menilik peluang investasi, Nafan merekomendasikan sektor non-siklikal dan keuangan berpotensi menguat signifikan, terutama saham-saham yang masih undervalued dan menawarkan dividen menarik. Beberapa saham yang patut dicermati meliputi AUTO, BBNI, BBTN, BMRI, BNGA, BTPS, ELSA, ERAA, PGAS, PTBA, TLKM, dan SIDO.
Herditya Wicaksana, Analis MNC Sekuritas, juga mengingatkan pentingnya mencermati perkembangan keputusan The Federal Reserve terkait Federal Funds Rate (FFR) global. Untuk perdagangan Kamis, 18 September, ia memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam kisaran support 7.945 dan resistance 8.039.
Sinyal positif dari analisis teknikal juga datang dari VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi. Ia menyoroti indikator MACD yang menunjukkan golden cross dan Relative Strength Index (RSI) yang terus menguat, mengindikasikan tren positif yang solid. Audi memprediksi pergerakan IHSG dengan support di 7.930 dan resistance di 8.120.
Lebih lanjut, Audi merekomendasikan saham-saham pilihan seperti BRPT dengan target harga antara Rp 2.270 hingga Rp 2.900, BBRI pada kisaran Rp 4.100 sampai Rp 4.440, dan EXCL di rentang Rp 2.650–Rp 3.050. Sementara itu, Herditya menyarankan untuk memperhatikan saham BBRI (Rp 4.260–Rp 4.370), MAPI (Rp 1.315–Rp 1.365), dan MEDC (Rp 1.355–Rp 1.420).
Secara keseluruhan, pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia telah secara dramatis mematahkan idiom “September Effect” yang lazim dikaitkan dengan pelemahan pasar. Sebaliknya, pasar modal Indonesia justru kini memasuki “September Cerita”, sebuah narasi baru yang menjanjikan potensi reli Indeks Harga Saham Gabungan yang berkelanjutan hingga akhir tahun, didukung kuat oleh stimulus pemerintah dan prospek pelonggaran kebijakan moneter global.
Ringkasan
IHSG mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada 17 September 2025, mencapai 8.025,17, didorong oleh penurunan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Hal ini melampaui ekspektasi analis dan memicu lonjakan signifikan di sektor keuangan, serta transaksi harian mencapai Rp 18,27 triliun.
Para analis memprediksi IHSG akan tetap di atas 8.000, bahkan berpotensi mencapai 8.500 hingga akhir tahun, didukung stimulus fiskal dan moneter. Rekomendasi saham meliputi sektor non-siklikal dan keuangan, dengan beberapa saham spesifik seperti AUTO, BBNI, BBTN, BMRI, dan lain-lain, diingatkan pula pentingnya memperhatikan perkembangan suku bunga global.