BANYU POS — Kabar baik menghampiri pasar modal Indonesia! Laporan EY Global IPO Trends Q3 2025 menunjukkan pergeseran fokus aktivitas penawaran umum perdana (IPO) di Indonesia, dari sekadar kuantitas menuju kualitas yang lebih baik. Meskipun jumlah IPO mengalami penurunan sebesar 35% dibandingkan tahun sebelumnya, total dana segar yang berhasil dihimpun justru melonjak tajam, hampir tiga kali lipat, mencapai USD906 juta hingga kuartal III 2025.
Lonjakan nilai yang signifikan ini, menurut EY, menandakan prioritas baru di pasar modal Indonesia. Pasar kini lebih mengutamakan emiten dengan nilai tinggi dan fundamental yang kokoh. Hal ini sejalan dengan pendekatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang semakin menekankan kualitas dibandingkan sekadar volume penerbitan saham.
Reuben Tirtawidjaja, Partner EY-Parthenon Indonesia, mengungkapkan dalam laporan tersebut, “Sepanjang tahun 2025, aktivitas IPO di Indonesia didominasi oleh sektor-sektor kunci seperti industri, energi, konsumer, dan kesehatan. Momentum positif ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga kuartal IV, dengan pipeline yang menjanjikan, yakni 11 perusahaan yang siap melantai di bursa.”
Dari 11 perusahaan yang antre untuk IPO, empat di antaranya memiliki aset di atas Rp250 miliar, sementara tujuh perusahaan lainnya memiliki aset antara Rp50–250 miliar. Berdasarkan sektor, terdapat masing-masing dua perusahaan dari bidang konsumer, keuangan, dan industri, serta satu perusahaan teknologi dan dua perusahaan dari sektor transportasi-logistik.
Aksi Prabowo Turun Langsung Musnahkan Barbuk Narkoba Bikin Bandar Ketar-ketir
Sentimen positif juga datang dari dukungan kebijakan pemerintah Prabowo-Gibran yang pro rakyat. Program Makan Bergizi Gratis (MBG), stimulus pembiayaan melalui bank-bank Himbara, dan sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) diyakini akan menjadi katalisator yang kuat untuk mendongkrak perekonomian dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Optimisme ini tercermin dari data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 30 Oktober 2025, yang berhasil mencapai level 8.166,22. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, sekitar 14,25 persen dibandingkan awal tahun 2025, atau tumbuh 8,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year).
Emiten Besar Jadi Penggerak
Kinerja impresif IPO nasional tak lepas dari peran sejumlah emiten besar yang berhasil menarik perhatian investor. PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) mencatatkan penggalangan dana terbesar senilai USD283 juta, diikuti oleh PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) sebesar USD146 juta, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) sebesar USD142 juta, dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) sebesar USD123 juta.
Setahun Pemerintahan Presiden Prabowo, Menaker Sebut 2 Juta Lapangan Kerja Terbuka
Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun sebelumnya, hanya ada satu IPO dengan nilai di atas USD50 juta, yaitu PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) yang berhasil meraih USD55 juta.
Prospek Positif, Tapi Selektif
Namun, EY mengingatkan bahwa investor kini lebih selektif dalam memilih emiten. Mereka tidak hanya mempertimbangkan potensi keuntungan semata, tetapi juga memperhatikan narasi pertumbuhan perusahaan, tata kelola perusahaan yang baik, dan kesiapan dalam menghadapi disrupsi teknologi.
Secara global, momentum IPO mengalami peningkatan sebesar 19% secara tahunan, dengan lonjakan nilai mencapai 89%. Di kawasan Asia Tenggara, Singapura memimpin perolehan dana IPO pada kuartal III 2025 dengan USD1,5 miliar, diikuti oleh Indonesia di posisi kedua dengan USD478 juta.
EY memproyeksikan prospek IPO Indonesia akan tetap positif hingga akhir tahun, didukung oleh kondisi likuiditas yang kuat, kebijakan moneter yang longgar, dan stabilitas makroekonomi yang terjaga.
Kendati demikian, tantangan seperti ketidakpastian politik dan fluktuasi ekonomi global tetap perlu diwaspadai. “Kunci sukses emiten Indonesia ke depan adalah kesiapan dalam menghadapi volatilitas pasar dan kemampuan untuk membangun kepercayaan investor melalui tata kelola yang solid dan strategi pertumbuhan yang berkelanjutan,” pungkas Reuben.
Ringkasan
Laporan EY Global IPO Trends Q3 2025 menunjukkan adanya pergeseran fokus IPO di Indonesia, dari kuantitas ke kualitas. Walaupun jumlah IPO turun 35%, total dana yang dihimpun melonjak tiga kali lipat mencapai USD906 juta. Hal ini menandakan pasar modal Indonesia kini lebih mengutamakan emiten dengan nilai tinggi dan fundamental yang kuat, didukung oleh pendekatan OJK yang menekankan kualitas.
Momentum positif IPO di Indonesia didorong oleh sektor industri, energi, konsumer, dan kesehatan, dengan 11 perusahaan dalam pipeline IPO. Sentimen positif juga berasal dari dukungan kebijakan pemerintah Prabowo-Gibran. Optimisme ini tercermin dari IHSG yang mencapai level 8.166,22. Investor kini lebih selektif, memperhatikan narasi pertumbuhan perusahaan, tata kelola, dan kesiapan menghadapi disrupsi teknologi.




