Defisit Transaksi Berjalan Mengkhawatirkan? Proyeksi BI Terbaru & Dampaknya

Hikma Lia

BANYU POS, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memberikan proyeksi positif terkait kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di tahun 2025. Bank sentral memperkirakan NPI akan tetap solid, dengan defisit transaksi berjalan (CAD) terkendali di antara 0,5% hingga 1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II/2025 memang mengalami pelebaran menjadi US$3,0 miliar, setara dengan 0,8% terhadap PDB. Angka ini berbeda dibandingkan kuartal I/2025 yang mencatatkan CAD sebesar US$0,2 miliar atau 0,1% dari PDB. Sebelumnya, tren CAD menunjukkan penurunan sejak kuartal IV/2024 sebesar US$1 miliar, dibandingkan kuartal III/2024 yang mencapai US$2 miliar.

Baca Juga: Digempur Tarif Trump 19%, Akankah Surplus Neraca Dagang RI Bakal Bertahan?

Menyikapi dinamika ini, BI menegaskan komitmennya untuk terus memantau perkembangan perekonomian global yang berpotensi memengaruhi prospek NPI. Selain itu, bank sentral akan memperkuat respons bauran kebijakan, didukung oleh sinergi erat dengan pemerintah dan otoritas terkait, demi memperkokoh ketahanan sektor eksternal.

“Kinerja NPI 2025 diprakirakan tetap sehat, didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial, serta defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB,” ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, dalam siaran pers yang dirilis pada Kamis (21/8/2025).

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Juni 2025 Menciut jadi US$4,10 Miliar

Proyeksi optimis untuk NPI 2025 ini didasarkan pada harapan kinerja surplus transaksi modal dan finansial. Hal ini didorong oleh aliran masuk modal asing (capital inflow) yang berkelanjutan, mencerminkan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik Indonesia yang dinilai tetap baik, serta imbal hasil investasi yang menarik.

Sebelumnya, seperti yang telah disebutkan, defisit transaksi berjalan (CAD) pada kuartal II/2025 tercatat melebar menjadi US$3,0 miliar, meningkat signifikan dari defisit pada kuartal I/2025 yang hanya sebesar US$0,2 miliar.

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Juni 2025 US$4,10 Miliar, Jaga Rekor 62 Bulan Beruntun

Secara lebih rinci, neraca perdagangan nonmigas masih mampu mencatatkan surplus yang signifikan, yaitu sebesar US$14,8 miliar. Meskipun demikian, angka ini lebih rendah dibandingkan surplus pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$17,7 miliar.

Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan penurunan harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia.

Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas justru menunjukkan penyusutan, menjadi US$4,2 miliar pada kuartal II/2025. Hal ini sejalan dengan tren penurunan harga minyak global. Pada kuartal I/2025, defisit neraca perdagangan migas tercatat sebesar US$4,7 miliar.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer mengalami peningkatan pada kuartal II/2025, menjadi US$9,8 miliar dari sebelumnya US$9,3 miliar pada kuartal I/2025. Kenaikan defisit ini disebabkan oleh peningkatan pembayaran dividen dan bunga/kupon yang sesuai dengan pola triwulanan.

Berita baiknya, neraca pendapatan sekunder mencatatkan surplus sebesar US$1,7 miliar pada kuartal II/2025, lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2025 yang sebesar US$1,6 miliar.

“Surplus neraca pendapatan sekunder meningkat dipengaruhi kenaikan hibah dan remitansi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri,” jelas Junanto lebih lanjut.

Bank Indonesia juga menyoroti bahwa kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali, meskipun di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Investasi langsung (Foreign Direct Investment) membukukan peningkatan surplus pada kuartal II/2025, dengan arus masuk neto sebesar US$2,6 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan US$2,5 miliar pada kuartal I/2025. BI menilai hal ini sebagai indikasi terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik.

Namun, investasi portofolio mencatat defisit hingga US$8 miliar pada kuartal II/2025, berbalik arah dari surplus pada kuartal I/2025 yang sebesar US$1,5 miliar.

“Terutama didorong oleh aliran keluar modal asing dalam bentuk surat utang domestik. Sementara itu, investasi lainnya mencatat surplus dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri sektor swasta. Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2025 mencatat defisit sebesar 5,2 miliar dolar AS,” terang Junanto.

Secara keseluruhan, dengan perkembangan tersebut, BI mencatat NPI pada kuartal II/2025 sebesar US$6,7 miliar. Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 tetap tinggi, mencapai US$152,6 miliar. Posisi ini setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

“Posisi cadangan devisa tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” pungkas Junanto.

Ringkasan

Bank Indonesia memproyeksikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2025 tetap solid dengan defisit transaksi berjalan (CAD) terkendali di kisaran 0,5% hingga 1,3% dari PDB. Proyeksi ini didukung oleh harapan surplus transaksi modal dan finansial, dengan capital inflow yang berkelanjutan. BI menegaskan komitmennya untuk terus memantau perkembangan ekonomi global dan memperkuat bauran kebijakan demi menjaga ketahanan sektor eksternal.

Meskipun demikian, CAD pada kuartal II/2025 mengalami pelebaran menjadi US$3,0 miliar, atau 0,8% dari PDB, dibandingkan US$0,2 miliar pada kuartal I/2025. Kinerja neraca perdagangan nonmigas mencatatkan surplus yang lebih rendah, sementara neraca pendapatan primer mengalami peningkatan defisit karena pembayaran dividen dan bunga. Investasi langsung menunjukkan surplus, sementara investasi portofolio mencatat defisit. Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 tercatat tinggi sebesar US$152,6 miliar.

Also Read