BANYU POS JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) berhasil mengamankan peningkatan signifikan pada plafon fasilitas kreditnya di PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), kini mencapai US$ 70 juta. Langkah strategis ini ditempuh untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perseroan yang terus bertumbuh, sekaligus memperkuat kapasitas operasional dan mendukung strategi bisnis ke depan.
Dalam laporan keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 15 September 2025 lalu, ELSA secara resmi menandatangani Perjanjian Kredit baru dengan BNI. Sebelumnya, fasilitas kredit perusahaan di BNI memiliki plafon sebesar US$ 50 juta dengan tenor 12 bulan, yang didasarkan pada Persetujuan Perubahan Perjanjian Pemberian Fasilitas Kredit Tidak Langsung tertanggal 20 November 2024 dan telah beberapa kali diubah, terakhir pada 21 Juli 2025. Melalui perjanjian terbaru ini, plafon fasilitas kredit Elnusa kini secara resmi ditingkatkan menjadi US$ 70 juta dengan tenor yang lebih panjang, yaitu 24 bulan, berlaku efektif dari 15 Agustus 2025 hingga 14 Agustus 2027.
Strategi Ekspansi Elnusa (ELSA) Memupuk Revenue dari Pengembangan Bisnis Baru
Manajemen ELSA menjelaskan bahwa kerja sama dengan BNI dalam bentuk Fasilitas Kredit Non Cash Loan telah terjalin erat sejak tahun 2012. Seiring dengan dinamika dan perkembangan bisnis, kebutuhan pendanaan Elnusa di tahun 2025 mengalami peningkatan yang substansial, sehingga memicu perlunya peningkatan plafon fasilitas kredit ini. Tak hanya nominalnya yang bertambah, skema fasilitas kredit pun kini menjadi jauh lebih fleksibel. Jika sebelumnya hanya mencakup Non Cash Loan, kini fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan Non Cash Loan sekaligus Cash Loan, memberikan ruang gerak finansial yang lebih luas bagi perusahaan dalam mengelola likuiditas dan kebutuhan modal.
Nelwin Aldriansyah, Direktur Keuangan Elnusa, dalam keterbukaan informasi pada Rabu, 17 September 2025, menegaskan pentingnya peningkatan ini bagi kelangsungan operasional. “Peningkatan ini dibutuhkan perusahaan karena dapat mengakses dana dengan cepat dan fleksibel untuk mendukung kebutuhan operasional perusahaan,” ujarnya. Fleksibilitas pendanaan ini sangat krusial bagi Elnusa untuk merespons cepat berbagai peluang dan tantangan dalam industri migas.
Lebih lanjut, ELSA menjalin kerja sama fasilitas kredit dengan beragam lembaga keuangan, baik Bank Umum Milik Negara (BUMN) maupun bank swasta. Salah satu pertimbangan utama di balik penambahan fasilitas kredit dari BNI adalah kebutuhan untuk menerbitkan bank garansi bagi klien Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Klien-klien tersebut seringkali memiliki persyaratan ketat bahwa bank garansi harus diterbitkan melalui Bank Umum Milik Negara, menjadikan fasilitas dari BNI sebagai solusi strategis dan vital bagi kelancaran proyek-proyek Elnusa.
Elnusa Hadirkan Pertastream, Alat Inspeksi Pipa Migas Pertama Karya Anak Bangsa
Peningkatan plafon fasilitas kredit di BNI ini tergolong sebagai transaksi material, mengingat nominalnya yang melebihi 20% dari ekuitas ELSA. Meskipun demikian, Nelwin Aldriansyah menandaskan bahwa, “hal ini tidak berdampak negatif bagi kondisi keuangan perusahaan.” Keputusan ini justru memperkuat kapasitas finansial Elnusa untuk terus bertumbuh, menjalankan strategi ekspansi, dan mencapai target-target bisnisnya tanpa hambatan berarti.
Ringkasan
PT Elnusa Tbk (ELSA) meningkatkan plafon fasilitas kreditnya di Bank Negara Indonesia (BNI) menjadi US$ 70 juta, naik dari sebelumnya US$ 50 juta. Peningkatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan yang terus meningkat dan mendukung strategi bisnis perusahaan. Perjanjian baru ini memiliki tenor 24 bulan dan mencakup Non Cash Loan serta Cash Loan, memberikan fleksibilitas lebih dalam pengelolaan likuiditas.
Peningkatan fasilitas kredit dari BNI sangat penting bagi Elnusa, terutama untuk menerbitkan bank garansi bagi klien Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mensyaratkan bank garansi dari Bank Umum Milik Negara. Meskipun tergolong transaksi material, manajemen Elnusa menegaskan peningkatan ini tidak berdampak negatif pada kondisi keuangan perusahaan dan justru memperkuat kapasitas finansial untuk ekspansi bisnis.