KABUPATEN Sigi mantap melangkah menuju ekonomi hijau sebagai strategi utama pembangunan daerah. Afit Lamakarate, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, menegaskan bahwa fokus pembangunan kini bergeser dari eksploitasi sumber daya alam (sektor ekstraktif) menuju sektor berkelanjutan yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
“Intinya, seluruh aktivitas ekonomi yang ingin kita dorong selaras dengan visi-misi kepala daerah terpilih. Kami memang fokus pada ekonomi hijau,” ujar Afit dalam forum “Kabupaten Bergerak: Inovasi Menuju Masa Depan Lestari dan Berdaya” pada Senin, 25 Agustus 2025.
Lebih lanjut, Afit menjelaskan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan akan diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan jangka panjang dan menengah, serta diimplementasikan secara konsisten oleh pemerintah daerah bersama para mitra.
“Platform pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam dokumen jangka panjang, kemudian dijabarkan dalam dokumen jangka menengah, menjadi panduan penting bagi pemerintah daerah. Kami juga mendorong implementasinya bersama mitra,” tambahnya.
Kolaborasi Kunci di Tengah Keterbatasan Anggaran
Pemerintah Kabupaten Sigi menyadari adanya keterbatasan fiskal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Oleh karena itu, kolaborasi multipihak menjadi solusi strategis untuk membiayai inovasi dan memacu pertumbuhan ekonomi hijau.
“Kami sadar, jika hanya mengandalkan APBD Kabupaten Sigi yang tergolong rendah, kita akan kesulitan bergerak. Kami tidak ingin menyerah meskipun APBD terbatas,” tegas Afit.
Sebagai contoh, Afit menunjuk kemitraan multipihak yang telah terjalin di kawasan CDB Jawa, yang melibatkan lebih dari 27 lembaga dari berbagai sektor, mulai dari pemberdayaan perempuan dan anak hingga pengelolaan sampah.
Pertanian Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Sigi
Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan vital dalam menopang perekonomian Kabupaten Sigi. “Pertanian secara umum memberikan kontribusi terbesar,” kata Afit.
Kontribusi sektor pertanian terhadap produk regional bruto mencapai lebih dari 50 persen. “Kita ingin kontribusi ini terus meningkat, atau setidaknya dapat kita pertahankan,” imbuhnya.
Namun, Afit mengakui adanya tantangan terkait kesiapan sumber daya manusia (SDM). “Kesiapan SDM ini menjadi perhatian. Masyarakat cenderung menginginkan hasil yang cepat dan instan, seperti sebagian besar masyarakat Indonesia. Mereka lebih memilih cara pintas, kurang sabar dalam berproses,” ungkapnya.
Nilai Tambah dari Produk Pertanian Premium
Pengembangan produk pertanian premium menjadi strategi utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Dengan menghasilkan produk premium, manfaat ekonominya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat,” jelas Afit.
Ia mencontohkan kopi dan kakao organik yang diproduksi secara lestari tanpa merusak kawasan hutan. Produk-produk ini memiliki nilai jual tinggi dan berpotensi menembus pasar internasional. “Produk premium memiliki pasar yang luas, atau setidaknya pasar yang lebih eksklusif,” kata Afit.
Menolak Jalan Pintas Ekonomi Ekstraktif
Dalam forum Sustainable District Outlook (SDO) 2025, Afit menegaskan komitmen Kabupaten Sigi untuk menghindari model ekonomi ekstraktif yang hanya memberikan keuntungan jangka pendek bagi segelintir pihak, merusak lingkungan, dan kurang memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
“Mengapa kami memilih ekonomi hijau? Karena menurut Pemda Sigi, ekonomi hijau memberikan dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Sementara ekonomi ekstraktif, dampaknya belum tentu menyentuh masyarakat,” tegasnya.
Afit menambahkan, pembangunan berbasis hasil pertanian seperti durian, kakao, atau kopi mampu memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. “Hal-hal sederhana seperti ini yang perlu kita perbanyak,” ujarnya.
Harapan dari SDO 2025
Partisipasi Kabupaten Sigi dalam SDO 2025 diharapkan dapat memperluas jaringan dan membuka akses pasar baru bagi produk-produk lokal. “Harapan kami, SDO 2025 dapat memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Kami juga mendorong agar ada ruang bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah,” kata Afit.
Afit menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Sigi di masa depan akan terus berlandaskan pada prinsip ekonomi hijau. Dengan strategi ini, pemerintah daerah berharap dapat menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Pilihan Editor: Peluang Kripto Stablecoin Rupiah Menjadi Alat Transaksi Baru
Ringkasan
Kabupaten Sigi memfokuskan pembangunan pada ekonomi hijau, beralih dari eksploitasi sumber daya alam ke sektor berkelanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat. Pemerintah daerah menyadari keterbatasan anggaran dan mengandalkan kolaborasi multipihak untuk membiayai inovasi, dengan sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian daerah yang menyumbang lebih dari 50% produk regional bruto.
Pengembangan produk pertanian premium seperti kopi dan kakao organik menjadi strategi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan menghindari ekonomi ekstraktif yang merusak lingkungan. Melalui partisipasi dalam Sustainable District Outlook (SDO) 2025, Sigi berharap dapat memperluas jaringan pasar dan meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.