Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menegaskan bahwa stok beras impor tahun 2024 masih terjaga kualitasnya. Keyakinan ini didasari oleh standar pemeliharaan yang ketat di gudang Bulog.
“Masyarakat tidak perlu khawatir,” ujar Rizal, meyakinkan bahwa mutu dan kelayakan beras untuk dikonsumsi tetap terjamin. Perawatan rutin, termasuk pembersihan dan penggunaan mesin pemilah modern, dilakukan setiap hari untuk memastikan kualitas beras tetap prima. Rizal menyampaikan hal ini saat ditemui di Gudang dan Sentra Pengolahan Beras Bulog, Sunter, Jakarta Utara, pada Sabtu, 6 September 2025, seperti dilansir dari Antara.
Bulog secara konsisten melakukan pemeriksaan kualitas beras secara berkala, mulai dari harian, mingguan, bulanan, triwulanan, hingga per semester. Langkah ini merupakan wujud komitmen Bulog untuk menjaga kualitas beras selama masa penyimpanan.
Proses pemeliharaan yang diterapkan Bulog meliputi berbagai aspek, mulai dari pemeriksaan awal saat beras masuk gudang, pemantauan kualitas secara berkala, menjaga sanitasi gudang, melakukan penyemprotan (spraying), hingga fumigasi jika terdeteksi adanya serangan hama.
“Pada prinsipnya, selama beras dipelihara dan dirawat dengan baik, Insya Allah masa pakainya akan panjang. Inilah yang selalu kami lakukan,” tegas Rizal.
Dalam proses pengeluaran beras dari gudang, Bulog menerapkan prinsip “FIFO” (“first in, first out”) dan “FEFO” (“first expired, first out”). Selain itu, penyaluran beras juga mempertimbangkan kondisi kualitas beras yang sebenarnya.
Rizal menjelaskan bahwa ada kalanya beras yang baru masuk gudang Bulog mengalami percepatan penurunan kualitas, misalnya perubahan warna menjadi cepat kuning. Hal ini bisa disebabkan oleh proses panen yang tidak sempurna, di mana beras yang masih basah dipaksa masuk ke penggilingan dan pengeringan. “Begitu sampai di gudang kami, warnanya sudah cepat kuning,” jelasnya.
Oleh karena itu, Bulog menerapkan skala prioritas dalam pengeluaran stok beras, dengan mempertimbangkan kondisi riil di lapangan. Jika ditemukan penurunan mutu, Bulog akan melakukan fumigasi ulang, pemisahan, atau pengolahan kembali menggunakan mesin pemilah modern. Tujuannya adalah untuk memastikan hanya beras yang layak konsumsi yang disalurkan kepada masyarakat.
Beras yang tidak lagi layak konsumsi pun tidak langsung dibuang. Melalui serangkaian SOP yang ketat, beras tersebut dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri lain, seperti pakan ternak. Dengan demikian, setiap butir beras tetap bernilai guna dan tidak terbuang percuma.
Rizal menambahkan, Bulog terus memastikan penyiapan beras sesuai dengan penugasan pemerintah, baik beras medium dengan tingkat broken (beras pecah) maksimal 25 persen, maupun beras premium dengan tingkat broken maksimal 15 persen.
Saat ini, kapasitas gudang Bulog di Jakarta mencapai 355.200 ton, tersebar di 74 gudang dengan kapasitas masing-masing sekitar 3.000 ton. Stok beras yang disimpan di Jakarta merupakan bagian dari total Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 3,9 juta ton.
Dari total CBP tersebut, sekitar 2,95 juta ton atau 75 persen merupakan hasil pengadaan dalam negeri. Sisanya berasal dari pengadaan luar negeri yang dilaksanakan berdasarkan penugasan Pemerintah pada tahun 2024.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa stok beras Bulog yang bersumber dari impor tahun 2024 saat ini masih tersisa 1 juta ton. Proses impor tahun 2024 telah selesai dan tidak ada lagi kegiatan impor beras pada tahun 2025 ini.
“Khusus untuk beras luar negeri, sisanya sekarang 1 juta ton. Usia simpannya yang 7-12 bulan ada 896 ribu ton. Tapi impor sudah selesai tahun lalu dan tidak ada impor tahun ini,” jelas Arief pada akhir Agustus lalu.
Ringkasan
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menjamin kualitas beras impor tahun 2024 tetap terjaga melalui standar pemeliharaan yang ketat di gudang Bulog. Pengecekan kualitas beras dilakukan secara berkala, mulai dari harian hingga per semester, dan perawatan rutin seperti pembersihan serta penggunaan mesin pemilah modern diterapkan untuk menjaga kualitas beras. Bulog juga menerapkan prinsip FIFO dan FEFO dalam pengeluaran beras dari gudang.
Bulog memprioritaskan penyaluran beras berdasarkan kondisi kualitas riil di lapangan dan melakukan fumigasi ulang atau pengolahan kembali jika ditemukan penurunan mutu. Beras yang tidak layak konsumsi dimanfaatkan untuk kebutuhan industri lain seperti pakan ternak, sehingga tidak terbuang percuma. Saat ini, stok beras Bulog di Jakarta merupakan bagian dari total Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 3,9 juta ton, dimana sebagian berasal dari impor tahun 2024 yang kini tersisa 1 juta ton.