Sponsored

Simak Rekomendasi Saham yang Patut Dicermati Saat IHSG Volatile

Hikma Lia

BANYU POS JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan gejolak yang signifikan di tengah berbagai sentimen pasar yang kompleks. Pada perdagangan hari Rabu, 29 Oktober 2025, IHSG berhasil ditutup menguat 0,91% ke level 8.166. Kenaikan ini menjadi secercah harapan setelah periode koreksi yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut.

Sponsored

Sebelum penguatan tersebut, pasar saham domestik sempat tertekan. Pada tanggal 24 Oktober, IHSG melemah 0,03% ke level 8.271. Penurunan lebih lanjut terjadi pada 27 Oktober, di mana IHSG merosot tajam 1,87% ke 8.117, sebelum kembali turun 0,30% ke 8.092 pada 28 Oktober 2025. Meskipun demikian, dalam perspektif yang lebih luas, kinerja bulanan IHSG masih menunjukkan tren positif dengan kenaikan 1,52%, dan sejak awal tahun (year to date/YTD), IHSG telah melonjak 15,34%, menandakan ketahanan di tengah volatilitas jangka pendek yang terjadi.

Harry Su, Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, memperkirakan bahwa koreksi IHSG dalam beberapa hari terakhir masih berpotensi berlanjut dalam waktu dekat. Ia menjelaskan bahwa pelemahan likuiditas global dan ekspektasi perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) memicu kehati-hatian investor terhadap aset-aset berisiko, termasuk pasar negara berkembang seperti Indonesia. Sentimen ini menjadi faktor dominan yang menekan performa pasar saham domestik.

IHSG Menguat 0,91% ke 8.166 pada Rabu (29/10/2025), MDKA, ADRO, EXCL Top Gainers LQ45

Selain faktor makroekonomi global, pasar juga mulai menyoroti isu baru yang berpotensi memengaruhi bobot Indonesia di indeks global. Isu tersebut adalah rencana perubahan metodologi perhitungan free float oleh MSCI untuk pasar Indonesia. Kabarnya, metodologi ini akan disesuaikan menjadi lebih ketat dan transparan dalam menentukan porsi kepemilikan publik yang efektif dari suatu emiten.

Apabila revisi metodologi ini benar diterapkan efektif pada Mei 2026, Harry Su memperingatkan bahwa banyak emiten besar, terutama yang struktur kepemilikannya terkonsentrasi pada grup atau keluarga tertentu, berisiko mengalami penurunan rasio free float. Kondisi ini pada akhirnya dapat berujung pada penurunan bobot Indonesia di indeks MSCI. “Situasi ini memicu kekhawatiran akan adanya potensi outflow pasif dari dana indeks global yang mengikuti MSCI, karena mereka harus menyesuaikan kembali portofolionya sesuai bobot baru,” imbuhnya, menyoroti dampak serius yang mungkin terjadi pada pasar modal.

Dalam skala perdagangan global, sentimen risiko eskalasi dagang antara AS dan China juga terus menjadi perhatian. Meskipun ada perkembangan positif pada pekan ini, di mana AS dan China telah menyepakati kerangka kesepakatan untuk menghindari tarif 100% yang sempat diancam oleh Donald Trump, AS di sisi lain juga memulai investigasi terhadap kepatuhan China atas kesepakatan “Phase One.” Dinamika ini menunjukkan bahwa ketegangan dagang masih menjadi faktor yang patut dicermati investor global.

IHSG Berpotensi Lanjut Menguat, Cermati Saham Rekomendasi Analis, Kamis (30/10)

Setelah proses rebalancing MSCI yang dijadwalkan efektif pada November mendatang, pasar saham diperkirakan akan kembali memfokuskan perhatian pada fundamental emiten. Ini meliputi kinerja kuartal IV 2025, pergerakan nilai tukar rupiah, serta ekspektasi penurunan suku bunga global lebih lanjut menjelang akhir tahun. Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen ini, Samuel Sekuritas menargetkan IHSG akan mencapai level 8.120 di akhir tahun 2025.

Di tengah proyeksi dan sentimen pasar yang dinamis, Harry Su merekomendasikan untuk membeli sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar. Rekomendasi tersebut diberikan untuk saham BBCA dengan target harga Rp 9.600 per saham, TLKM target Rp 3.900 per saham, ICBP target Rp 12.800 per saham, dan AMRT target Rp 3.000 per saham. Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi panduan berharga bagi investor yang mencari peluang di tengah fluktuasi pasar.

Sponsored

Also Read

Tags