BANYU POS, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) diproyeksikan akan menjadi pusat perhatian bagi investor dengan maraton aksi korporasi Right Issue, atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Lonjakan ini tidak terlepas dari kebutuhan perusahaan tercatat untuk menambah modal serta kebijakan strategis BEI. Hingga Kamis, 20 November 2025, tercatat sudah 8 emiten yang merencanakan pelaksanaan right issue berskala besar. Gelombang HMETD diperkirakan akan semakin masif pada tahun 2026, menyusul rencana BEI untuk menaikkan batas saham free float secara bertahap, dimulai dari 10% hingga target akhirnya mencapai 25%.
Lantas, apa sebenarnya HMETD itu? Mengutip laman MNC Sekuritas, HMETD merupakan salah satu strategi utama bagi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk menghimpun dana tambahan. Secara sederhana, proses ini melibatkan penerbitan saham baru oleh perusahaan, yang kemudian menawarkan kesempatan pertama kepada pemegang saham lama untuk membeli saham tersebut, sebelum akhirnya ditawarkan kepada publik atau pihak lain. Umumnya, tujuan utama dari right issue adalah untuk memperkuat modal kerja, mendanai rencana ekspansi bisnis, atau melakukan restrukturisasi utang demi menjaga stabilitas finansial perusahaan.
Mekanisme kerja HMETD cukup terstruktur. Emiten biasanya akan menetapkan rasio tertentu, misalnya 1:20, yang berarti setiap pemegang satu lembar saham lama memiliki hak untuk membeli 20 lembar saham baru yang diterbitkan. Harga saham baru tersebut, yang dikenal sebagai harga right, dapat bervariasi; bisa lebih rendah, setara, atau bahkan lebih tinggi dari harga pasar saham saat itu. Dalam menghadapi penawaran ini, pemegang saham memiliki beberapa opsi strategis, yaitu menebus (exercise) haknya, menjual hak tersebut di pasar modal, atau membiarkannya hangus yang berisiko menyebabkan dilusi kepemilikan mereka.
HMETD bukan sekadar penerbitan saham baru biasa; ia juga menawarkan sejumlah potensi keuntungan dan pertimbangan penting bagi investor. Apa saja yang perlu diketahui investor tentang right issue? Berikut adalah beberapa poin utama:
1. Kesempatan Beli di Harga Diskon:
Jika harga right yang ditetapkan lebih rendah dari harga pasar dan prospek perusahaan menunjukkan indikator positif, membeli melalui right issue dapat memberikan potensi keuntungan yang menarik bagi investor.
2. Mempertahankan Persentase Kepemilikan:
Dengan menebus haknya, seorang investor dapat menjaga persentase kepemilikannya agar tidak terdilusi ketika saham baru diterbitkan dan beredar di pasar.
3. Likuiditas Hak:
Hak tebus ini bersifat likuid karena dapat diperdagangkan di pasar tunai atau melalui platform online. Ini memungkinkan investor yang tidak ingin menambah modal tetap dapat merealisasikan nilai dari hak yang dimilikinya.
Namun, di balik potensi keuntungannya, right issue juga membawa sejumlah risiko yang wajib dipahami oleh setiap investor. Berikut adalah beberapa risiko dan potensi kerugian yang patut diwaspadai:
1. Dilusi Kepemilikan:
Jika pemegang saham memutuskan untuk tidak menebus atau menjual haknya, persentase kepemilikan mereka secara otomatis akan menyusut (terdilusi) akibat bertambahnya jumlah saham yang beredar di pasar.
2. Sinyal Kondisi Perusahaan:
Kadangkala, right issue dapat diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa perusahaan sangat membutuhkan dana tunai dalam waktu cepat. Hal ini bisa saja menandakan adanya tekanan keuangan yang berpotensi menurunkan harga saham di masa mendatang.
3. Potensi Penurunan Harga Saham:
Penerbitan saham baru secara signifikan dapat menambah pasokan saham di pasar. Apabila pasar modal menilai aksi korporasi ini kurang menjanjikan atau tidak diimbangi dengan fundamental kuat, harga saham yang sudah ada berpotensi mengalami koreksi atau penurunan.
4. Kompleksitas dalam Menilai Nilai Hak:
Menentukan apakah harga right yang ditawarkan benar-benar lebih menguntungkan dibandingkan membeli saham di pasar reguler memerlukan analisis mendalam. Ini termasuk meninjau tujuan penggunaan dana, valuasi perusahaan, serta rencana bisnis jangka panjang.
Mengingat kompleksitas dan potensi risiko yang ada, investor disarankan untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Sebelum menebus atau memutuskan untuk tidak menebus saham baru melalui HMETD, ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan:
1. Baca Prospektus atau Pengumuman Resmi:
Pahami secara detail tujuan penggunaan dana yang akan dihimpun oleh perusahaan. Apakah dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi yang bernilai tambah, ataukah hanya untuk menutupi kerugian operasional?
2. Lakukan Analisis Fundamental:
Tinjau secara cermat kondisi keuangan perusahaan, laporan arus kas, serta prospek usaha di masa depan sebelum membuat keputusan terkait pembelian saham baru.
3. Pertimbangkan Strategi Kepemilikan Anda:
Jika tujuan Anda adalah mempertahankan pengaruh atau hak suara dalam perusahaan, menebus saham baru mungkin merupakan langkah yang tepat. Namun, jika tidak, menjual hak di pasar modal bisa menjadi alternatif untuk merealisasikan nilai dari hak tersebut.
4. Jangan Terburu-buru dan Konsultasi:
Manfaatkan periode penawaran yang diberikan untuk melakukan perhitungan dan proyeksi yang matang. Jika masih ragu atau memerlukan pandangan lebih lanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan atau broker Anda.
Singkatnya, right issue bukanlah aksi korporasi yang secara otomatis menguntungkan atau merugikan. Potensi manfaatnya sangat bergantung pada beberapa faktor krusial, seperti harga right yang ditawarkan, tujuan spesifik penggunaan dana oleh perusahaan, serta kondisi fundamental emiten secara keseluruhan. Bagi investor yang cermat, teliti, dan memahami konteks korporasi di balik HMETD, ini bisa menjadi sebuah kesempatan emas. Sebaliknya, bagi mereka yang mengabaikan pentingnya analisis mendalam, risiko dilusi kepemilikan dan potensi penurunan nilai investasi dapat menjadi kerugian yang signifikan. Oleh karena itu, edukasi dan analisis mandiri adalah kunci sukses dalam menghadapi gelombang right issue di pasar modal.




