Proyeksi Ekonomi 2031: Mungkinkah Tumbuh 8%? Analisis BI

Hikma Lia

BANYU POS – JAKARTA — Bank Indonesia (BI) telah memproyeksikan lintasan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun 2031. Dalam skenario paling ambisius, yang disebut ‘Super Optimis’, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mampu mencapai kisaran 6,9% hingga 7,7%.

Sponsored

Proyeksi ini tertuang dalam dokumen Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025. Dalam dokumen tersebut, BI menyusun tiga skenario pertumbuhan jangka menengah-panjang: Baseline, Optimis, dan Super Optimis. Untuk mencapai skenario Super Optimis ini, diperlukan upaya luar biasa, terutama dalam akselerasi investasi swasta dan reformasi struktural yang agresif.

“Dengan kombinasi kebijakan transformasi ekonomi nasional yang tepat, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2031 diperkirakan dapat meningkat menjadi 6,1%—6,9% dalam skenario ‘Optimis’. Bahkan, dengan skenario ‘Super Optimis’, pertumbuhan bisa lebih tinggi lagi, mencapai 6,9%—7,7%,” demikian pernyataan Bank Indonesia dalam laporannya, seperti dikutip pada Sabtu (29/11/2025).

Angka-angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi dalam skenario baseline. Skenario baseline hanya memperhitungkan proyek-proyek yang sudah berjalan atau yang sudah melakukan groundbreaking. Dalam skenario ini, pertumbuhan ekonomi tahun 2031 diperkirakan hanya berada di kisaran 5,6%—6,4%.

Sponsored

Kunci Skenario Super Optimis

BI menekankan bahwa skenario Super Optimis tidak hanya mengandalkan proyek-proyek yang sudah ada. Skenario ini juga mempertimbangkan implementasi proyek-proyek baru yang saat ini belum berjalan atau belum diresmikan. Proyek-proyek ini umumnya memiliki karakteristik biaya investasi yang relatif tinggi.

Berbeda dengan proyek-proyek pemerintah yang bergantung pada APBN, realisasi proyek-proyek dalam skenario Super Optimis diperkirakan membutuhkan waktu pembiayaan yang lebih lama. Hal ini karena proyek-proyek ini sangat bergantung pada sumber dana swasta, baik dari dalam maupun luar negeri.

Selain itu, skenario ini menuntut intensitas kebijakan reformasi struktural yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan skenario lainnya. Reformasi ini mencakup tiga aspek krusial:

Pertama, peningkatan produktivitas melalui akselerasi pembangunan infrastruktur, peningkatan riset dan pengembangan (R&D), adopsi teknologi, serta efisiensi pasar.

Kedua, peningkatan modal melalui perbaikan iklim investasi serta peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Ketiga, peningkatan kualitas tenaga kerja melalui peningkatan akses pendidikan, partisipasi angkatan kerja, dan penciptaan lapangan kerja formal.

Implementasi skenario Super Optimis diyakini akan meningkatkan efisiensi perekonomian secara signifikan. Hal ini tercermin dari proyeksi penurunan rasio modal terhadap output inkremental (Incremental Capital-Output Ratio/ICOR) yang paling tajam dibandingkan skenario lainnya.

“Dengan penurunan ICOR, perekonomian nasional menjadi lebih efisien karena untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi diperlukan nilai investasi yang lebih kecil,” jelas BI.

Sejalan dengan itu, produktivitas faktor total (Total Factor Productivity/TFP) juga diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan tertinggi. Artinya, dengan tingkat modal dan tenaga kerja yang sama, Indonesia mampu menghasilkan output ekonomi yang jauh lebih besar.

Lebih Rendah dari Mimpi Prabowo

Namun, dari ketiga skenario pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan BI, tidak ada satupun yang mencapai target yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Kepala negara menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2029, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025—2029.

Dalam RPJMN tersebut, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi secara bertahap dari tahun 2025 hingga 2029. Secara rinci, pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5,3% pada tahun 2025; 6,3% pada tahun 2026; 7,5% pada tahun 2027; 7,7% pada tahun 2028; dan akhirnya mencapai 8% pada tahun 2029.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan target Presiden Prabowo. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.70/202 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2025-2029. Rencana Strategis (Renstra) Kemenkeu terbaru ini selaras dengan RPJMN 2025—2029.

Renstra Kemenkeu 2025-2029 mencantumkan lima sasaran pembangunan nasional yang selaras dengan RPJMN 2025-2029: peningkatan pendapatan per kapita menuju setara negara maju, peningkatan kepemimpinan dan pengaruh di dunia internasional, penurunan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan, peningkatan daya saing sumber daya manusia, serta penurunan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) menuju net zero emission.

Pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,3% sebelum mencapai target 8% pada akhir pemerintahan Presiden Prabowo.

Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi hingga 8% pada tahun 2029, terdapat delapan strategi utama yang akan diterapkan. Strategi-strategi tersebut meliputi peningkatan produktivitas pertanian menuju swasembada pangan, industrialisasi/hilirisasi, pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, pengembangan ekonomi biru dan ekonomi hijau, pemanfaatan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, transformasi digital, peningkatan investasi, dan optimalisasi belanja negara untuk meningkatkan produktivitas.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2031, dengan skenario “Super Optimis” mencapai 6,9%-7,7%. Skenario ini memerlukan akselerasi investasi swasta dan reformasi struktural yang agresif. Skenario lain, “Optimis,” memperkirakan pertumbuhan 6,1%-6,9%, sementara skenario baseline hanya 5,6%-6,4%.

Skenario “Super Optimis” bergantung pada proyek-proyek baru yang membutuhkan pembiayaan swasta dan reformasi struktural yang kuat. Reformasi ini mencakup peningkatan produktivitas, modal, dan kualitas tenaga kerja. Meskipun demikian, proyeksi BI tersebut masih di bawah target pertumbuhan 8% yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo pada tahun 2029.

Sponsored

Also Read