KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) mengumumkan kabar gembira bagi perekonomian Indonesia. Sebanyak 1.697 perusahaan industri melaporkan tengah gencar membangun fasilitas produksi pada semester I 2025. Proyek-proyek ambisius ini diproyeksikan akan menyerap hingga 332.298 tenaga kerja.
“Ini belum *real* ya, ini proyeksi, potensi penyerapan,” jelas Febri Hendri Antoni Arief, juru bicara Kementerian Perindustrian, dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta Selatan, Kamis, 28 Agustus 2025. Angka ini tentu menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di masa depan.
Laporan tersebut, menurut Febri, disampaikan oleh perusahaan melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), platform digital yang dikelola oleh Kemenperin. Pelaporan ini merupakan kewajiban bagi perusahaan industri, mencakup informasi mengenai pembangunan fasilitas produksi dan proses produksi yang sedang berjalan.
Data menunjukkan bahwa 1.690 perusahaan dari 23 subsektor industri telah melaporkan tahap pembangunan produksi mereka. Ragam industri yang terlibat sangat luas, mulai dari makanan dan minuman, tekstil, hingga jasa reparasi dan pemasangan mesin serta peralatan.
Menariknya, industri kulit, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), serta barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya, diprediksi menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Proyeksi penyerapan tenaga kerja di industri ini mencapai 107.302 orang. Hal ini menunjukkan potensi besar industri kreatif dan kerajinan dalam menciptakan lapangan kerja.
Dari segi investasi, total nilai pembangunan fasilitas produksi mencapai angka fantastis, yakni Rp 930 triliun. Jika tidak memperhitungkan tanah dan bangunan, nilai investasi masih sangat signifikan, yaitu Rp 593 triliun. Sektor bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencatatkan diri sebagai industri dengan nilai investasi terbesar, mencapai Rp 377 triliun. Sementara itu, sektor logam dasar memimpin dalam nilai investasi tanpa tanah dan bangunan, dengan angka sebesar Rp 21 triliun.
Selain kabar mengenai pembangunan fasilitas produksi, Febri juga mengumumkan bahwa ada 1.784 pabrik yang telah melaporkan memulai proses produksi pada triwulan II tahun ini. Pabrik-pabrik ini sebelumnya telah melaporkan tahap pembangunan mereka hingga semester II 2024.
Nilai total investasi pabrik-pabrik yang mulai beroperasi ini mencapai Rp 116 triliun. Jika tidak termasuk tanah dan bangunan, nilai investasi tercatat sebesar Rp 89 triliun. “Tenaga kerja yang terserap adalah sekitar 80.191,” ungkap Febri.
Sektor logam dasar menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak, dengan 4.887 orang. Industri ini juga memimpin dalam nilai total investasi, mencapai Rp 38 triliun, serta nilai total investasi tanpa tanah dan bangunan, yaitu Rp 29 triliun. Data ini menegaskan peran penting industri logam dasar dalam perekonomian nasional.
Kabar baik dari Kemenperin ini tentu menjadi angin segar bagi upaya peningkatan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan terus memantau dan mendukung perkembangan industri, diharapkan semakin banyak lapangan kerja yang tercipta dan investasi yang masuk ke Indonesia.
Ringkasan
Kementerian Perindustrian mengumumkan potensi penyerapan 332.298 tenaga kerja dari 1.697 perusahaan industri yang tengah membangun fasilitas produksi pada semester I 2025. Laporan ini diperoleh melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), dengan industri kulit, barang dari kayu, dan anyaman diprediksi menjadi penyerap tenaga kerja terbesar.
Total nilai investasi pembangunan fasilitas produksi mencapai Rp 930 triliun. Selain itu, terdapat 1.784 pabrik yang telah memulai proses produksi pada triwulan II dengan total investasi Rp 116 triliun dan menyerap 80.191 tenaga kerja, dimana sektor logam dasar menjadi penyerap tenaga kerja dan investasi terbesar.