JAKARTA — Prospek pertumbuhan laba emiten di pasar modal Indonesia pada semester II/2025 diproyeksikan positif, didorong oleh hadirnya dua katalis tahunan yang secara historis kerap terjadi menjelang akhir tahun. Optimisme ini menjadi angin segar bagi para investor yang menantikan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga penutup tahun.
Pengamat Pasar Modal Reydi Octa menjelaskan, momentum peningkatan daya beli masyarakat menjelang periode akhir tahun diperkirakan akan memicu lonjakan aktivitas konsumsi. Tidak hanya itu, geliat pada sektor konstruksi dan logistik juga diharapkan memberikan dorongan signifikan bagi kinerja perusahaan. “Faktor-faktor ini akan mendongkrak kinerja saham-saham terkait, terutama di sektor konsumsi, otomotif, hingga konstruksi,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (5/9/2025).
: Pilihan Saham JP Morgan Setelah Emiten Konglomerat dan Lapis Dua Naik Ratusan Persen
Selain sentimen musiman, Reydi menambahkan bahwa tren penurunan suku bunga dan kestabilan nilai tukar rupiah akan bertindak sebagai katalis positif tambahan. Kombinasi antara peningkatan permintaan pasar dan efisiensi biaya produksi akibat penurunan suku bunga berpotensi besar mengerek akselerasi pertumbuhan laba sejumlah emiten. Dengan demikian, emiten yang bergerak di sektor barang konsumen, otomotif, dan konstruksi diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan laba yang solid hingga akhir tahun 2025.
: : Adu Kinerja Emiten Properti Penghuni Papan Akselerasi dari IPAC hingga HBAT
Kendati demikian, pasar modal domestik masih dihadapkan pada bayang-bayang tekanan arus keluar dana asing yang telah menggerus saham-saham kapitalisasi besar (big cap) sejak awal tahun. Aliran keluar modal ini turut berdampak pada tekanan harga saham-saham unggulan tersebut yang terpantau melemah sepanjang tahun. “Dengan adanya katalis positif, IHSG berpotensi kembali rebound menuju akhir tahun. Namun, arah rebound tersebut akan sangat bergantung pada kestabilan politik domestik dan kebijakan arah suku bunga ke depan,” imbuhnya.
: : IHSG Pekan Ini Naik Tipis Meski Investor Asing Net Sell Rp4,17 Triliun
Sebelumnya, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengamini bahwa tekanan arus keluar dana asing masih terasa di awal September. Namun, ia menekankan bahwa situasi keamanan dan politik yang stabil kini menjadi katalis positif penting. Selain itu, potensi pemangkasan suku bunga acuan The Fed akan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan global. Efek penurunan biaya pinjaman ini juga akan mendukung sentimen positif terhadap aset berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada saat bersamaan, Nafan menuturkan bahwa Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengikuti langkah The Fed dengan melanjutkan kebijakan moneter yang suportif terhadap pertumbuhan. Potensi pemangkasan BI Rate sebanyak satu hingga dua kali lagi hingga akhir tahun dinilai masih terbuka lebar. Dari sisi domestik, percepatan realisasi belanja pemerintah menjadi stimulus tambahan yang diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan di tengah ketidakpastian. “Kombinasi percepatan belanja pemerintah dan stimulus moneter diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi nasional di kisaran 5% sepanjang 2025,” ucap Nafan.
Seiring dengan beragam katalis positif tersebut, kinerja emiten juga diprediksi akan menunjukkan perbaikan signifikan pada semester II/2025. Proyeksi laba yang lebih progresif akan menjadi katalis tambahan yang kuat bagi kembalinya aliran masuk dana asing ke pasar saham domestik. Dengan dukungan fundamental yang kuat ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berada dalam tren penguatan atau uptrend hingga akhir tahun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Laba emiten di pasar modal Indonesia diproyeksikan positif pada semester II/2025, didorong peningkatan daya beli menjelang akhir tahun dan geliat sektor konstruksi serta logistik. Tren penurunan suku bunga dan stabilitas nilai tukar rupiah juga menjadi katalis positif, terutama bagi emiten di sektor konsumsi, otomotif, dan konstruksi yang diprediksi mencatatkan pertumbuhan laba yang solid.
Meskipun arus keluar dana asing masih menjadi tantangan, potensi rebound IHSG hingga akhir tahun tetap terbuka. Hal ini didukung oleh stabilitas politik, potensi pemangkasan suku bunga The Fed yang meningkatkan likuiditas global, serta kebijakan moneter BI yang suportif, termasuk potensi pemangkasan BI Rate dan percepatan belanja pemerintah. Proyeksi laba emiten yang lebih progresif diharapkan menarik kembali aliran dana asing.