Sponsored

IHSG Merah! Sentimen AS-China Menekan, Saham Prajogo Pangestu Terimbas

Hikma Lia

BANYU POS, JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan pada penutupan perdagangan Kamis, 14 Oktober 2025. IHSG ditutup pada level 8.066,52, terkoreksi sebesar 1,95%. Bahkan, selama sesi perdagangan, IHSG sempat menyentuh titik terendahnya di level 7.974,03, menunjukkan penurunan tajam hingga 3,08%.

Sponsored

Tekanan terhadap IHSG ini diperparah oleh aksi jual yang dilakukan oleh investor asing. Tercatat, investor asing melakukan net sell sebesar Rp 1,36 triliun, atau setara dengan US$ 82,28 juta, sepanjang perdagangan hari itu.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi salah satu pemberat utama bagi pergerakan IHSG. Penurunan harga saham BBRI sebesar 3,01% berkontribusi terhadap penurunan IHSG sebesar 17,94 poin.

IHSG Ditutup Melemah ke 8.066,5, PGEO, BRPT, INCO Jadi Top Losers LQ45 pada Hari Ini

Selain BBRI, saham-saham yang tergabung dalam Grup Barito juga mendominasi daftar saham yang mengalami penurunan (laggards). PT Barito Pacific Tbk (BRPT), misalnya, mengalami penurunan harga saham sebesar 6,41%, yang mengakibatkan IHSG terkoreksi sebesar 16,04 poin.

Tidak hanya itu, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) juga mengalami penurunan tajam, anjlok sebesar 13% dalam satu hari perdagangan, sehingga menekan IHSG sebesar 15 poin. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga turut memberikan tekanan, menggerus IHSG sebanyak 12,37 poin.

Tekanan terhadap IHSG semakin bertambah dengan penurunan saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) sebesar 11,84%, yang berkontribusi terhadap penurunan IHSG sebesar 7,83 poin. Terakhir, pelemahan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga turut menekan IHSG sebesar 6,15 poin.

VP of Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab tekanan terhadap pasar saham Indonesia. Pertama, adanya aksi profit taking atau ambil untung yang dilakukan oleh para investor.

Audi menambahkan bahwa kenaikan IHSG pada akhir pekan sebelumnya tidak diiringi dengan peningkatan volume transaksi yang signifikan. Secara teknikal, indikator RSI (Relative Strength Index) menunjukkan bahwa IHSG sudah berada dalam kondisi overbought, sehingga memicu terjadinya koreksi teknikal.

Faktor kedua adalah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump, mengumumkan rencana pengenaan tarif baru sebesar 100% terhadap produk rare earth (logam tanah jarang) dari China.

IHSG Tergelincir 1,95% pada Perdagangan Selasa (14/10), Ternyata Ini Penyebabnya

“Wacana yang dilontarkan Trump tersebut memicu spekulasi negatif di pasar, terutama di tengah masa gencatan tarif,” jelas Audi kepada Kontan, pada hari Selasa, 14 Oktober 2025.

Selain itu, Audi juga berpendapat bahwa koreksi IHSG juga disebabkan oleh adanya pergeseran investasi dari investor, seiring dengan meningkatnya harga komoditas, seperti emas, yang kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menambahkan bahwa pasar saat ini sedang menunggu langkah-langkah yang akan diambil oleh AS dan China dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, dengan harapan dapat menenangkan pasar.

Menurut Nico, tekanan terhadap pasar masih akan berlanjut selama AS dan China masih terlibat dalam aksi saling membalas. Namun, dia meyakini bahwa sentimen ini hanya bersifat jangka pendek, karena pelaku pasar akan segera terbiasa dengan sentimen perang dagang ini.

IHSG Jatuh 1,95% ke 8.066, Net Sell Asing Rp 1,36 Triliun Hari Ini (14/10)

Nico menegaskan bahwa investor masih memiliki keyakinan terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, setiap koreksi yang terjadi dianggap sebagai peluang untuk melakukan pembelian. Namun, perlu diingat bahwa secara momentum, IHSG sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

“Oleh karena itu, dibutuhkan koreksi agar dapat mengalami penguatan kembali. Strategi wait and see dapat menjadi pilihan yang bijak untuk menunggu IHSG mengalami penurunan, sambil mengamati langkah-langkah yang akan diambil oleh AS dan China,” ucapnya.

Audi berpendapat bahwa tekanan terhadap IHSG akan lebih terbatas dalam jangka pendek, dengan batas support jangka panjang berada di level 7.916 atau MA200 (Moving Average 200 hari). Jika level tersebut terlewati, investor dapat mempertimbangkan untuk melirik sektor-sektor tematik.

“Jika terjadi breakdown, investor dapat mengamankan aset ke dalam sektor siklus atau tematik dari Energi dan Barang Baku,” pungkas Audi.

Ringkasan

Pada tanggal 14 Oktober 2025, IHSG mengalami penurunan signifikan sebesar 1,95% dan ditutup pada level 8.066,52. Penurunan ini dipicu oleh aksi jual bersih investor asing sebesar Rp 1,36 triliun dan juga dipengaruhi oleh sentimen negatif terkait wacana tarif baru oleh AS terhadap produk China, serta aksi profit taking oleh investor.

Beberapa saham, terutama dari Grup Barito seperti BRPT, CUAN, TPIA, CDIA, dan BREN, turut menekan IHSG. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global dan pergeseran investasi ke komoditas seperti emas juga memperburuk sentimen pasar. Analis merekomendasikan strategi *wait and see* dan mengamati perkembangan hubungan AS-China serta level support IHSG di 7.916.

Sponsored

Also Read

Tags